jumlah pengunjung blog

jumlah pengunjung blog

google translet

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Laman

Jumat, 11 Maret 2011

ASKEP HALUSINASI DENGAR

Diposting oleh Amel_Lia

BAB I
PENDAHULUAN

Halusinasi adalah persepsi tentang obyek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Individu mendengar suara tanpoa adanya rangsang akustik. Ia melihat seewkor kucing ditempat tidurnya tanpa adany seusatu yang dapa dilihat, atau mencium bau racun tanpa adanya sesuatu yang merangsang indra penciuman. (Wilson da Kneisl, 1983 hal. 406)
Halusinasi dapat terjadi pada klien gangguan mental organik, psikosis, sindroma putus obat, keracunan obat, gangguan afektif, gangguan keseimbangan endokrin, gangguan tidur.
Halusinasi merupakan salah satu disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan hilangnya kemampuan penilaian realitas. Pada waktu halusinasi klien mempunyai kesadaran penuh.

1.2.1        Tujuan Umum
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang Asuhan Keperawatan Halusinasi Dengar dan bisa menerapkan di dalam melaAsuhan Keperawatan.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan jiwa.
             
1.3  Manfaat
-          Manfaat bagi penyusun adalah menjadi lebih tahu sehingga mampu mengaplikasikan.
-          Manfaat bagi pembaca menambah pengetahuan tentang Askep Halusinasi Dengar.
-          Manfaat bagi pendidikan sebagai tambahan referensi dan pengetahuan.
BAB II
ASKEP TEORI

a. Identitas Klien
b. Data Informan

2.2  Persepsi dan Harapan klien / keluarga
a.       Persepsi klien tentang masalah
Klien mengungkapkan keadaannya saat dirawat di RSJ
b.      Persepsi keluarga tentang masalah
Keluarga mengungkapkan keadaan klien saat dirawat di RSJ
c.       Harapan klien terhadap pemecahan masalah
Harapan ingin pulang, sembuh, mendapatkan pekerjaan sendiri
d.      Harapan keluarga terhadap pemecahan masalah
Keinginan keluarga agar klien dirawat dengan baik

2.3  Pengkajian Psikologis
a.       Status Emosi
Ekspresi wajah klien
b.      Konsep Diri
Ungkapan klien tentang dirinya
c.       Gaya Komunikasi
Cara bicara klien
d.      Pola Interaksi
Interaksi klien saat di RSJ
e.       Pola Pertahanan 
Klien lebih suka menarik diri


2.4  Pengkajian Sosial
a.       Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan klien 
b.      Hubungan sosial
Jarang bicara, melamun
c.       Faktor sosial budaya
Budaya yang di anut klien 
d.      Gaya hidup
Gaya hidup sebelum sakit

2.5  Pengkajian Kesehatan Fisik
a.       Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
1.      Riwayat penyakit masa lalu
2.      Riwayat penyakit sekarang
3.      Pengobatan
4.      Alergi    
b.      Kebiasaan sekarang
1.      Penampilan diri
2.      Merokok
3.      Minuman keras
4.      Pola tidur ® sering terbangun pada saat hari, sulit tidur
5.      Pola makan
6.      Pola eliminasi
7.      Tingkat aktivitas
8.      Tingkat energi 

2.6  Status / Keadaan Mental
a.       Kebenaran data
Tampak polos dan jujur
b.      Status sensorik
1.      Penglihatan           = fungsi baik
2.      Pendengaran         = klien seperti mendengar bisikan
3.      Penciuman             = dapat membedakan bau
4.      Pengecapan           = dapat membedakan rasa
5.      Perabaan                = dapat membadakan kasar dan halus
c.       Status persepsi
Klien mendengar seperti ada suara bisikan
d.      Status motorik
1.      Motorik kasar
2.      Motorik halus
e.       Afek 
Ungkapan emosi klien
f.       Orientasi
Klien dapat mengetahui keadaan sekitarnya
g.      Ingatan
Klien mampu mengingat apa yang dialami
h.      Daya tilik diri
Penyebab klien dirawat di RSJ

2.7  Diagnosa Medis
Program pengobatan
1.      Artan
2.      Chlorpromazine















BAB III
ASKEP SEMU

I.             Pengakajian
A.    Identitas Klien
Nama klien 
Umur
Jenis kelamin
Suku
Status
Pekerjaan
Agama
Alamat

MRS
Postur tubuh

Penampilan

Kebiasaan

Informasi
:   Tn. R.
:   37 Tahun
:   Laki-laki
:   Batak
:   Belum Kawin
:   Tidak bekerja
:   Kristen Protestan
:   Tomang Tinggi VI No: 16  RT.015 /RW. 06
    Jakarta Barat.
:   Pebruari 1995
:   Tubuh  klien tampak kekar, TB: 165 cm, BB: 59 kg,     

:   Kulit  bersih, pakaian bersih dan rapih, gigi bersih, rambut disisir rapih.
:   Sering menyendiri di tempat tidur atau disudut ruangan, melamun.
:   Klien, keluarga dan perawat ruangan serta status klien.

B.     Data Informan
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Status
Alamat

Posisi
:     Tn Al Firman
:     42 tahun
:     Swata
:     Sarjana
:     Menikah
:     Tomang Tinggi VI No: 16  RT.015 /RW. 06
      Jakarta Barat.
:     Sebagai kakak klien
      Yang didapatkan dari informan adalah data-data yang diberikan berdasarkan pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat keluarga khususnya pada klien R yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Jakarta.

II.          Persepsi dan harapan klien / keluarga
a.      Persepsi klien tentang masalah
Klien mengatakan bahwa dia dibawa ke rumah sakit karena mengamuk pada ibu. Klien mengatakan bahwa sebenarnya bisa sembuh dari penyakit ini, tetapi selalu ada orang yang mengatakan dia gila.. Klien juga mengatakan ia juga sering menyendiri, diam diri di kamar, malas berbicara dengan keluarga. Kemudian keluarga membawa ke rumah  sakit lagi. Klien mengatakan dirawat di RSJ sudah empat kali. Klien ingin di RSJ terus dari pada di rumah sebentar nanti kambuh lagi.
b.      Persepsi keluarga tentang masalah
Tn. F (informan) mengatakan bahwa yang biasa menengok klien adalah ibunya setiap minggu sekali sedangkan saudara klien yang lain jarang mau menengok klien di rumah sakit sebab saudara-saudaranya sibuk bekerja. Ibu dan saudara-saudaranya menganggap bahwa penyakit klien sebenarnya sudah sembuh tetapi klien itu hanya manja saja. Jika permintaannya tidak dituruti, maka klien mengamuk lalu klien lebih baik dirawat di rumah sakit saja.
c.       Harapan klien tentang pemecahan masalah
Klien ingin sembuh, ingin sehat  jasmani dan rohani. Dan mendapatkan pekerjaan sendiri.Klien sangat mengharapkan bantuan perawat untuk memecahkan masalah terutama bila pulang nanti seperti; Klien selalu dilarang untuk terus merokok oleh kakaknya dan cara-cara menghilangkan suara-suara yang membuat Tn.R. marah.
d.      Harapan keluarga tentang pemecahan masalah
Keluarga menginginkan klien teratur minum obat dan latihan  bekerja.


III.       Pengkajian Psikologis
a.      Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa, menyendiri, melamun, tiduran di tempat tidur. Jarang berkomunikasi dengan klien lain.
Ekspresi muka tampak datar. Bila klien marah atau tersinggung oleh orang lain, klien lebih suka mengamuk. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan perawat meskipun dengan jawaban sering disingkat. Perasaan klien saat ini cukup baik dengan bisa mengontrol marahnya.
b.      Kosep diri
Klien mengatakan keinginan untuk mempunyai pacar dengan kriteria ; hidung mancung, kulit putih, rambut panjang. Klien ingin bekerja di kantor sekaligus kuliah. Tetapi saat ini selalu tidak tercapai. Bila dibandingkan dengan saudara-saudaranya klien selalu diam. Klien tidak dapat bekerja karena ijasahnya hanya SMA dan klien merasa sulit mencari kerja. Klien mengatakan mungkin saya sampai mati di RSJ saja.
Aspek konsep diri klien R. dimana tentang gambaran diri; klien memandang dirinya sebagai manusia yang apa adanya, harga diri klien; klien mengatakan dirinya hanya lulus SMA dan tidak mampu melakukan sesuatu pekerjaan; identitas klien jelas dan klien tahu akan identitasnya; ideal diri klien ingin mempunyai pacar cantik, bekerja di kantor dan kuliah lagi; sedangkan peran nya, klien mengatakan tidak mempunyai peran dalam kehidupan baik pada diri sendiri ataupun keluarganya.
c.        Gaya komunikasi
Klien berbicara secara berhati-hati,  meloncat-loncat dari satu topik ke topik yang lain. Klien memberikan informasi dengan jelas jika diberikan pertanyaan oleh perawat. Jarang balik memberikan pertanyaan. Ekspresi nonverbal saat berionteraksi yaitu datar, kadang-kadang kontak mata, kadang-kadang melihat ke depan seperti menyelidik.

d.      Pola interaksi
Klien jarang berinteraksi dengan klien lain dan perawat. Klien lebih suka tiduran di tempat tidur serta melamun. Didalam berinteraksi klien lebih suka banyak bicara atau mendengarkan pembicaraan orang lain.
Di rumah klien tidak terbuka kepada anggota keluarga. Bila menghadapi masalah tidak pernah diungkapkan pada keluarga melainkan disimpan sendiri.
e.       Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam diri di kamar, melamun, menekan rasa marahnya sambil merokok dan menghayal atau jalan-jalan tanpa tujuan. Tetapi klien pernah marah dan mengamuk di rumah. Klien mengatakan tidak mengetahui cara-cara untuk mengatasi masalahnya.

IV.       Pengkajian sosial
a.      Pendidikan dan pekerjaan :
Pendidikan terakhir SMA. Klien belum pernah bekerja. Klien mengatakan lebih senang tinggal di rumah sakit dari pada di rumah, karena tidak tahu apa yang dapat dikerjakan di rumah dan kadang-kadang malah membuat klien R menyendiri di kamar.
b.      Hubungan sosial
Klien jarang menyampaikan perasaannya kepada teman-temannya. Klien tidak mempunyai teman dekat. Di rumah klien juga jarang berbicara dengan saudara-saudaranya. Di rumah sakit klien suka tiduran, bengong, melamun di kamar, jarang berbicara dengan pasien lain.
c.       Faktor sosial budaya
Klien suku Batak dengan menganggap bahwa yang belum bekerja tak boleh menikah dulu. Selama di rumah sakit klien tidak terlalu memikirkan tentang adatnya. Klien beragama Kristen Protestan, sebelum  MRS klien rajin menjalankan ibadahnya, sedangkan selama MRS klien juga melakukan ibadah atau persekutuan yang diadakan setiap hari kamis. Sumber keuangan klien dari ibu dan saudara-saudaranya.
d.      Gaya hidup
Sebelum  sakit ( 5 tahun) yang lalu klien tinggal bersama ibu dan saudara-saudaranya di Tomang. Klien menghabiskan waktunya untuk nganggur dan jalan-jalan terus. Klien mempunyai prinsip ingin santai tetapi punya uang banyak dari kakak-kakaknya yang bekerja.

V.          Pengkajian Keluarga
Genogram :
 




  










Keterangan :
      Klien selama ini tinggal dengan ibu dan adiknya Ny. S. 37 tahun yang telah bersuami dan telah memiliki 2 orang anak. Klien paling dekat dengan adiknya (Ny.S.) sedangkan ibu klien tinggal tidak tetap kadang-kadang di rumah kakaknya di Cililitan.


VI.       Pengkajian Kesehatan Fisik
a.      Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
1.      Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu
Klien selama ini belum pernah mengalami gangguan / penyakit fisik dan belum pernah dirawat di rumah sakit.

2.      Penyakit sekarang
Tanggal 17 April 1997 klien mengatakan tenggorokan gatal, serak dan batuk-batuk. Pemeriksaan fisik : Berat Badan: 59 kg; Tinggi Badan: 165 cm; Nadi: 80 x / menit; Suhu : 36,5 ° Celsius; Tekanan Darah : 110 / 70 mmhg; Pernapasan : 20 x / menit.
3.      Pengobatan sekarang
Ampicilin 3 x 500 mg
Obat batuk hitam 3 x 1 sendok teh
4.      Alergi
      Klien tidak ada riwayat alergi / gatal-gatal terhadap makanan atau obat-obatan.
b.      Kebiasaan sekarang
1.      Penampilan diri
      Penampilan klien ; kulit bersih, rambut rapih dan  disisir, gigi bersih, pakaian bersih dan rapih, serta kuku pendek dan bersih. Mandi sehari tiga kali, mencuci rambut seminggu tiga kali, sikat gigi dua kali sehari, ganti pakaian dua kali sehari. Sikap tubuh tegak (atletis).
2.      Rokok
      Klien perokok berat, kadang-kadang  sehari habis 2 -3 bungkus.
3.      Minuman keras
      Klien mengatakan tidak pernah meminum minuman keras, seperti yang mengandung alkohol.
4.      Pola tidur
      Klien mengatakan sulit tidur karena sering diganggu oleh suara-suara yang mengejeknya terutama siang hari. Oleh karena itu klien banyak jalan-jalan keliling rumah sakit akibatnya klien jarang tidur siang.
Sedangkan kalau malam hari, klien tidur jam 22.00 s/d 06.00 Wib. Dan tengah malam kadang-kadang terbangun karena ada suara-suara yang mengajaknya bangun.

5.      Pola makan
      Klien makan tiga kali sehari menghabiskan porsi yang diberikan, tetapi kadang-kadang merasa masih lapar lalu pergi membeli makanan kecil di warung seperti roti, biskuit. Klien jarang makan bersama-sama temannya.
6.      Pola eliminasi
      B.a.b. 1 - 2 hari sekali, b.a.k. 3-4 kali sehari
      Klien tidak menggunakan obat laxansia.
7.      Tingkat aktifitas
      Klien cukup aktif, khususnya dalam memenuhi segala kebutuhannya, seperti; makan, menggosok gigi, mandi, membersihkan tempat tidur, dan lain-lain. MRS klien sering diajak untuk mengikuti kegiatan di ruangan seperti; menyapu, mengepel dan mengelap kaca. Sedangkan selama di rumah klien jarang diajak atau di libatkan untuk melakukan kegiatan aktifitas sehari-hari karena dianggap tidak mampu untuk mengerjakannya.
8.      Tingkat energi
      Klien tampak lincah dan aktif, dan kadang-kadang hiperaktif.

VII.    Status atau Keadaan Mental
a.      Kebenaran data :
Klien tampaknya polos, jujur dalam memberikan informasi. Semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b.      Status sensorik:
Penglihatan

Pendengaran

Penciuman
Pengecapan
Perabaan
:   Kadang-kadang berkunang-kunang, secara umum : fungsinya baik.
:   Klien sering mendengar suara-suara seperti ada : suara mengejek, memarahi, melarang klien.
:   Tak ada kelainan
:   Tak ada kelainan
:   Tak ada kelainan
c.       Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.Klien sering melamun, menyendiri,  senyum sendiri karena mendengar sesuatu,  atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti mengawasi sesuatu.
d.      Status motorik
Motorik kasar :
Klien berjalan, berpakaian, dan berbicara masih terkontrol
Motorik halus :
Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan kancing ke dalam lubang kancing tanpa tremor.
e.       Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang diungkapkan. Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
f.        Orientasi
Klien mengenal orang yang ada disekitarnya. Klien mengetahui berada di RSJ. Klien mengetahui tentang waktu.
g.      Ingatan
Klien masih mengingat apa yang dialaminya selama ini, seperti masih sekolah di SMA, mencari pekerjaan dan teman-teman nya dulu sewaktu di kampung.
h.      Daya tilik diri (insigt)
Klien mengetahui  penyebab di rawat di RSJ karena klien mengamuk pada ibunya dan sering jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas. Insigt diri positif.

VIII. Diagnosa Medik
Szchizophrinea tak tergolongkan
Program pengobatan medik :
*        Artan (THP)2 mg, 3x sehari
*        Chlorpromazine 100 mg, 3x sehari
*        Chlorpromazine (largatil / pronactil)
Indikasi


Kontra indikasi

Efek samping

Digunakan untuk pengobatan psikosis; sebagai premedekasi  dalam anestesi untuk mengurangi gejala emesis.

Pada penderita koma, gangguan fungsi hepar, panas yang       tinggi, keadaan umum yang lemah (harus hati-hati).

-       Gejala kardiovaskuler seperti; hipotensi ortostatis, aritmia   kordis dan takikardi.
-       Gejala hematologi, organolositas dan tranpasitopenia.
-       Gejala-gejala parkinson; seperti tremor dan jalan tak stabil.

THP (Artan)
Indikasi


Kontra indikasi



Efek samping
Keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik untuk psikosis serta mania.

Tidak boleh diberikan pada orang koma
Kelainan darah
Gangguan hepar
Gangguan sum-sum tulang

Menimbulkan gangguan ekstrapiramidal pada keadaan depresi (jadi harus hati-hati).

Peran Perawat dalam pemberian obat :
1.      Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat  serta efek samping yang timbul.
2.      Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
3.      Dampingi klien saat minum obat
4.      Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
5.      Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur. Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

ANALISA DATA

KLASIFIKASI  DATA
MASALAH
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
·  Sering tiduran di tempat tidur dan jarang berbicara dengan klien lain atau perawat, dan menghayal sambil merokok
·  Bila berinteraksi klien lebih suka diam dan mendengar pembicaraan.
·  Jarang membicarakan masalahnya dengan orang lain

Data Obyektif:
· Klien sering tiduran, bengong di tempat tidur, melamun, merokok terus. Dan jalan-jalan di ruangan



Gangguan hubungan sosial : menarik diri

Data Subyektif :
Klien mengatakan :
·  Kakak dan adiknya sudah bekerja dan menjadi orang kaya.
·  Saya hanya tamat SMA dan tidak mempunyai pekerjaan.

Data Obyektif:
·  Klien sering tampak putus asa.



Harga diri rendah
Data Subyektif :
·  Klien mengatakan :
·  Bila sendiri sering mendengar suara seperti; menuduh dirinya, mengejek tidak sama seperti kakaknya atau adiknya, anak tidak berguna dan pemalas.

Data Obyektif:
·  Klien duduk sendirian, kelihatan sangat waspada , melihat  daerah sekitarnya.
·  Klien jalan-jalan sekeliling ruangan seperti mencari sesuatu.




Halusinasi dengar.
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
·  Dibawah ke rumah sakit pernah klien memukul klien lainnya dengan tangkai pel.
·  Klien tidak mengetahui cara mengatasinya

Data Obyektif:
·  Klien bila melihat klian lainnya terutama klien J. Selalu ingin memukulnya, apalagi kalau klien J minta rokok.



Potensial melukai orang lain.
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
·  Saya dibawa ke rumah sakit karena saya mengamuk di rumah.
.
Data Obyektif:
·  Klien sering menatap sekeliling dengan tatapan tajam, seperti mengawasi sesuatu.
·  Kadang-kadang berdiri mendadak langsung berjalan-jalan tanpa tujuan.



Potensial amuk.


IX.       Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi dengar.
2.      Gangguan isolasi sosial berhubungan dengan menarik diti.
3.      Gangguan interaksi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
4.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses psikis.
5.      Defisit keperawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas.

X.          Intervensi Dan Rasional
1.      Risiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
TUM                        : Menghindari perilaku kekerasan
TUK 1          : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
DS                : - suara-suara itu menyuru saya untuk marah-marah, rasanya ingin memukul.
-       Sering bicara sendiri, gelisah dan mondar-mandir, marah-marah, memukul orang lain.
-       Muka nampak cemas dan tegang dan menatap sekeliling dengan tatapan tajam.
Intervensi dan rasional :
1)      Bina hubungan saling percaya
-       Salam terapeutik
-       Perkenalkan diri
-       Jelaskan tujuan interaksi
-       Buat kontak yang jelas
-       Menerima klien apa adanya
-       Kontak mata positif
-       Ciptakan lingkugan yang terapeutik
R/  Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien
2)      Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
R/  Ungkapan perasaan oleh klien sebagai bukti bahwa klien   mempercayai perawat.
3)      Dengarkan ungkapan klien dengan rasa empati.
R/  Empati perawat akan meningkatkan hubungan, terapeutik             perawat dan klien.

TUK 2 : klien dapat mengenali halusinasinya
Intervensi dan rasional
1)      Adakah kontak secara sering dan singkat
R/  Menguri,igi wakiu koong hagi klien untuk nenyendiri.
2)      Observasi tingkah laku verbal dan non verbal yang terkait dengan halusinasi (sikap seperti mendengar sesuatu, bicara/tertawa sendiri, terdiam, ditengah-tengah pembicaraan).
R/ Mengumpulkan data intervensi terkait dengan halusinasi.
3)      Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi dan frekuensi timbulnya halusinasi.
R/ Melibatkan klien dengan memperkenalkan halusinasinya
4)      Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul.
R/  Mengetahui koping klien sebagai data intervensi keperawatan       selanjutnya.
5)      Diskusikan dengan klien mengenai perasaanya saat terjadi halunsinasi
R/  Membantu klien mengenali tingkah lakunya saat halusinasi.

TUK 3 : Klien dapat mengenali halunasinya.
Intervensi dan Rasional
1)      Identifikasi tindakan klien yang positif
R/  Mengetahui cara-cara klien mengatasi halusinasi baik yang            positif maupun negatif.
2)      Beri pujian atas tindakan kllca yang positif.
R/  Menghargai respon atau upaya klien.
3)      Bersama klien rencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
R/ Melibatkan klien dalam menentukan rencana intervensi.
4)      Diskusikan, ajarkan cara mengatasi halusinasi.
R/  Mnberikan informasi dan alternatif cara mengatasi halusinasi        pada klien.
5)      Dorong klirn untuk memilih cara yang disukai untuk mengontrol halusinasi.
R/  Memberikan kesempatan pada klien untuk memilihkan cara           sesuai kehendak dan kemampuan.
6)      Diskusikan dengan klien hasil atau upaya yang telah dilakukan.
R/  Melibatkan klien dalam menghadapi masalah halusinasi lanjutan.

TUK 4 : klien dapat menggunakan alat untuk mengontrol halusinasinya Intervensi dan Rasional
1)      Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.
R/  Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan klien         tentang efek obat terhadap halusinya.
2)      Bantu klien untuk memutuskan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.
R/  Memastikan klien meminum obat secara teratur.
3)      Observasi tanda dari gejala terkait efek dan efek samping.
R/  Mengobservasi efektivitas program pengobatan
4)      Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat
R/  Memastikan efek obat-obatan yang tidak diharapkan terhadap      klien.


TUK 5 : Klien menndapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasinya.
Intervensi dan Rasional
1)      Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/  Sebagai upaya membina hubungan terapeutik dengan keluarga.
2)      Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan keluarga dalam merawat klien.
R/  Mencari data awal untuk menentukan intervensi selanjutaja.
3)      Beri penguatan positif atas upayanya yang baik dalam  merawat klien
R/  Penguatan untuk menghargai upaya keluarga
4)      Diskusikan dan ajarkan dengan keluarga tentang : halusinasi
tanda-tanda dan merawat halusinasi.
R/  Memberikan informasi dan mengajarkan keluarga tentang             halusinasi dan cara.
5)      Beri pujian atas upaya keluarga yang positif.
R/  Pujian untuk menghargai keluarga.

2.      Gangguan hubungan isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri.
Tujuan umum : klien dapat menarik diri tidak akan terjadi sehingga klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan
TUK 1          : klien dapat bersosialisasi dengan klien lain
DS                : klien mengatakan sering tiduran ditempat tidur dan jarang berbicara dengan klien lain.
DO               : - klien menyendiri
-  Klien sering tiduran dan jarang berinteraksi dengan klien lain.
-  Mondar-mandir dan tiba-tiba marah.
Intervensi dan Rasional
1)      Bina hubungan saling percaya
-       Menyapa klien dengan ramah
-       Mengingatkan kontrak
-       Terima dingan apa adanya
-       Jelaskan tujuan pertemuan
-       Sikap terbuka dan empati
R/  Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan meningkatkan         kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat.

TUK 2 : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri.
1)      Kaji pengetaun sejauh mana pengetahuan klien tentang menarik diri
R/  Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang menarik diri sehingga perawat dapat merencanakan tindakan yang     selanjutnya.
2)      Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri.
R/  Untuk mengetahui alasan klien menarik diri.
3)      Diskusi, bersama klien tentang menarik dirinya.
R/  Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan      lingkungan sosialnya.

TUK 3 : Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan degan orang lain.
Intervensi Dan Rasional
1)      Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
R/  Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berbubungan   demi orang lain.
2)      Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.
R/  untuk mengetahui tingkat pemahaman klien terhadap informasi    yang telah diberikan.
3)      Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berbuhungan dengan orang lain.
R/  Reinforcement poitif dapat meningkatkan harga diri klien.

TUK 4 : Klien dapat berbubuhgan dengan orang lain secara bertahap.
lntervensi dan Rasional
1)      Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain.
R/  Untuk mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang       telah diberikan.
2)      Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap antara lain :
-       Klien - perawat
-       Klien - perawat - perawat lain
-       Klien - perawat - perawat lain – klien lain
-       Klien - kelompok kecil
-       Klien - keluarga
R/  Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam     hubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam    berhubungan dengan orang lain.
3)      Libatkan klien dalam kegiaan ADL ruangan.
R/  Membantu klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal.
4)      Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien.
R/  Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

TUK 5 : Klien mendapatkan dukungan dan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.
Intervensi Dan Rasional
1)      Diskusikan manfaat tentang berhuhungan dengan orang lain.
R/  Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan klien.
2)      Dorong klien untuk mengemukakan perasaan keluarga.
R/  Untuk mengetahui sejauh mana hubungan klien dengan keluarga.
3)      Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti makan, ibadah, dan rekreasi.
R/  Membantu klien dalam meningkatkan huhungan interpersonal       dengan keluarga.
4)      Jelaskan kepada keluarga tentang kebutuban klien.
R/  Klien menarik diri membutuhkan perhatian yang khusus.
5)      Bantu keluarga untuk mempertahankan hubungan dengan klien yaitu memperlihatkan perhatian dengan kunjungan RS.
R/  Keterlibatan keluarga sangat membantu dalam mengembangkan   interaksi dengan lingkungannya.

3.      Gangguan interaksi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan umum klien tidak mengalami harga diri rendah.
TUK 1 : klien dapat memperluas kesadaran diri.
DS       : klien mengatakan saya hanya tamat SMA dan tidak punya pekerjaan, sedangkan adik saya sudah bekerja.
DO      : - Klien duduk menyendiri di kamar
-  Klien tampak melamun dan putus asa
Intervensi Dan Rasional
1)      Diskusikan dengan klien kelehihan yang dimilikinya.
R/  Mengidentifikasikan hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
2)      Diskusikan kelemahan yang dimiliki klien.
R/  Mengingatkan klien bahwa ia manusia biasa yang mempunyai       kekurangan.
3)      Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan kekurangan.
R/  Menghadirkan realita pada klien.
4)      Memberitahu klien bahwa kekurangan bisa ditutupi dengan kelebihan yang dimiliki klien.
R/  Memberikan harapan pada klien.
5)      Anjurkan klien untuk lebih meningkatan kelebihan yang dimiliki klien.
R/  Memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi.
6)      Beritahukan bahwa ada hikmah dibalik kekurangan yang dimiliki.
R/  Agar klien tidak meraca putus asa.

TUK 2 : Klien dapat mengenali kemampuan pada dirinya.
Intervensi Dan Rasional
1)      Diskusikan dengan klien ideal dirinya, apa harapan selama di RS, rencana klien setelah pulang dan apa cita-cita yang ingin dicapai.
R/ Uniuk nengetaIiui sampai dixmma realitas Jan harapan klien
2)      Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya.
R/  Membantu klien membentuk harapan yang realistis.
3)      Beri kesempatan klien untuk berhasil.
R/  meningkatkan percaya diri klien.
4)      Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
R/  Meningkatkan penghargaan terhadap perilaku yang positif.

TUK 4 : Klien dapat mengevaluasi dirinya.
Intervensi Dan Rasional
1)      Bantu klien mengidentifikasi kekgiatan yang berhasil dicapainya.
R/  Mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal
2)      Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberbasilan tersebut.
R/  Memberi kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri
3)      Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab-sebab kegagalan.
R/  Mengetahui apakah kegagalan tersebut mempengaruhi klien.
4)      Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasinya.
R/  Mengetahui koping yang selama ini digunakan oleh klien
5)      Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.
R/  Memberikam kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan       merupakan akhir dari suatu usaha.

TUK 4 : Klien dapat membuat rencana yang realiastis
Intervensi Dan Rasional
1)      Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapainya.
R/  Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimiliki.
2)      Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien.
R/  Mempertahankan klien untuk tetap realistis.
3)      Bantu klien memilih prioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya.
R/  Agar prioritas yang dipiiih sesuai dengan kemampuan.
4)      Benrikesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.
R/  Menghargai keputusan yang telah dipilih klien.
5)      Tunjukkan ketrampilan dan keberhasilan yang dicapai klien.
R/  Memberikan penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai.
6)      Ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok.
R/  Memberikan kesempatan klien didalam kelompok mengembangkan kemampuannya
7)      Beri reinforcement positif biIa klien mau mengikuti kegiatan kelompok.
R/  meningkatkan harga diri klien.

TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya
Intervensi Dan Rasional
1)      Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri rendah.
R/  Mengatisipasi masalah yang timbul.
2)      Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi.
R/  Menyiapkan support sistem yang akurat.
3)      Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan berhasil pada klien.
R/  Memberikan kesempatan pada klien untuk sukses.

4)      Anjurkan pada keluarga untuk menerima klien apa adanya.
R/  Membantu meningkatkan harga diri klien.
5)      Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga.
R/  Meningkatkan interaksi klien dengan anggota keluarga.

4.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir
Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasinya
TUK 1 : Klien dapat mengenal akan wahamnya.
1)      Adakan kontak sering dan singkat
R/  Mendorong untuk menyampaikan rasa empati, mengembangkan   rasa percaya, mendorong klien untuk mendiskusikannya.
2)      Jangan membantah atau menyangkal.
R/  untuk memudahkan rasa percaya dan kemanpuan untuk mengerti             akan tindakan dan komunikasi pasien membantah atau       menyangkal tidak akan bermanfaat apa-apa.

TUK 2 : Klien dapat mengendalikan wahamnya.
Intervensi Dan Rasional
1)      Bantu klien untuk mengungkapkan anansietas, takut atau tidak
R/  Ungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak   terancam atau mendorong klien untuk mengungkapkan   perasaannya yang mungkin siduh terpendam.
2)      Focus dan kuatkan pada orang-orang yang nyata, ingatan tentang pikiran rasional. Bicarakan kejadian-kejadian dan orang-orang yang nyata.
R/  Diskusikan yang berfokus pada ide-ide yang salah tidak akan       mencapai tujuan dan mungkin buat psikosisnya lebih buruk      pasien dapat belajar untuk memperhatikan ansietas yang       meningkat pikiran waham dapat dicegah.

TUK 3 : Klien dapat mengevaluasi dirinya.
Intervensi Dan Rasional
1)      Bantu klien mengidentifikasi kegiatan atau keinginan yang berhasil dicapainya.
R/  Meningkatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal.
2)      Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan.
R/  Memberi kesempatan klien untuk memulai dirinya sendiri.
3)      Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab-sebab kegagala.
R/  mengetahui koping yang selama ini digunakan oleh klien
4)      Kaji bagaimana respon klien terhadap keggalan tersebut dan cara mengatasinya.
R/  Memberikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan        merupakan akhir suatu usaha.
TUK 4 : Klien dapat membuat rencana yang realiastis
Intervensi Dan Rasional
1)      Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapainya.
R/  Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimiliki.
2)      Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien.
R/  Mempertahankan klien untuk tetap realistis.
3)      Bantu klien memilih prioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya.
R/  Agar prioritas yang dipiiih sesuai dengan kemampuan.
4)      Benrikesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.
R/  Menghargai keputusan yang telah dipilih klien.
5)      Tunjukkan ketrampilan dan keberhasilan yang dicapai klien.
R/  Memberikan penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai.
6)      Ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok.
R/  Memberikan kesempatan klien didalam kelompok mengembangkan kemampuannya.

5.      Defisit keperawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas
Tujuan Umum : Klien dapat melakukan perawatan diri
TUK I : Klien mengetahui kemukingan melakukan perawatan diri
1)      Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
R/  Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri.
2)      Dorong klien untuk menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan perawatarn diri.
R/  Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang       telah diberikan.
3)      Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan melakukan perawatan diri.
R/  Reinforcement positif untuk menyenangkan hati pasien.

TUK 2 : Klien mengetahui kekinginan jika tidak melakukan perawatan diri
Intervensi Dan Rasional
1)      Diskusikan tentang kerugian tidak melakukan perawatan diri.
R/  Untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan klien tentang        perlunya perawatan diri.
2)      Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keinginan tidak melakukan perawatan diri.
R/  Reinforcement positif untuk menyenangkan hati klien.

TUX 3 : Klien berminat melakukan perawatan diri
Intervensi Dan Rasional
1)      Dorong dan bantu klien dalam melalukan perawatan diri
R/  Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
3)      Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri
R/  Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan            meningkatkan minat klien untuk melakukan perawatan diri.

BAB IV
PEMBAHASAN


Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan sejaumana keberhasilan tindakan keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan terhadap klien S. Proses terjadinya halusinasi dengar pada klien S. sejalan dengan fase-fase atau tahap-tahap dalam teori halusinasi, yaitu dimulai dengan klien sering menyendiri, melamun, pemikiran internal menjadi lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi, klien berada pada tingkat listening disusul dengan halusinasi lebih menonjol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasi, dimana halusinasi memberikan kesenangan dan rasa aman sementara, dan ahhirnya halusinasi berubah menjadi mengancam.
Adapun tindakan keperawatan pada klien halusinasi dengar salah satunya adalah tidak menyangkal dan tidak mendukung. Setelah diaplikasikan pada
klien S ternyata teori tersebut dapat diterima oleh klien. Klien dapat menerima realita bahwa suara-suara tersebut hanya didengar oleh klien, sedangkan orang lain tidak mendengar. Dalam teori tindakan halusinasi dengar harus dilakukan kontak yang sering dan singkat dengan tujuan untuk memutuskan stimulus interna, setelah diaplikasikan pada klien S, ternyata kontak sering dan singkat setiap 20 menit selama 3-5 menit klien mengeluh merasa capek kemudian kami lakukan modifikasi dengan melakukan kontak setiap 1 jam selama 10 menit, dan hasilnya lebih baik. Stimulasi internal dapat terputus dan klien tidak merasa kelelahan. Disamping melalui kontak yang sering dan singkat, didukung juga oleh kegiatan yang dilakukan secara rutin di ruangan dengan melibatkan klien dalam pembuatan jadwal kegiatan sehari-hari. Hasil akhir halusinasi dengar klien S yang semula didengar pada pagi, siang, sore dan malam hari, sekarang hanya didengar pada malam hari ketika menjelang tidur.
Terapi aktifitas kelompok: sosialisasi dan gerak (senam dan bermain volley) yang telah dilakukan pada klien S, sangat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien, terutama pada masalah menarik diri dan halusinasi dengar. Melalui kegiatan terapi aktifitas kelompok (TAK) tersebut klien mampu berhubungan dengan orang lain dan mampu memutuskan stimulus internal.
Didalam menyelesaikan masalah klien tentang tidak tahu cara mengungkapkan marah yang konstruktif, kelompok menerapkan konsep cara mengungkapkan marah yang konstruktif yaitu mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah, cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini, berdiskusi dengan klien tentang cara mengungkapkan marah yang destruktif dan konstruktif. Setelah tika kali pertemuan, hal ini dapat membantu klien dalam mengekspresikan marah secara konstruktif. Klien juga dapat mengerti tanda-tanda marah dalam dirinya, klien dapat mendemostrasikan cara mengungkapkan marah yang konstruktif.
Pada klien dengan halusinasi dengar, muncul masalah gangguan kebersihan diri. Tetapi dengan tindakan yang selalu mengingatkan klien atau membuat jadwal kegiatan yang teratur membantu klien untuk memelihara kebersihan dirinya.
Dari lima diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien S. (satu diagnosa keperawatan pada keluarga) yang dapat terselesaikan ada tiga diagnosa keperawatan, yaitu masalah tentang menarik diri, tidak tahu cara mengungkapkan marah secara konstruktif dan gangguan kebersihan diri.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien S dengan halusinasi dengar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Dengan melakukan kontak yang sering dan singkat disertai dengan tidak mendukung dan tidak menyangkal apa yang diungkapkan klien dapat membantu memutuskan siklus halusinasi klien dan mempercepat orientasi klien pada realita.
2.      Terapi akitifitas kelompok : sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat membantu menyelesaikan masalah halusinasi dengar dan menarik diri.
3.      Cara mengungkapkan marah yang kostruktif sangat diperlukan pada klien halusinasi dengar, khususnya isi halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan mengancah.

5.2  Saran
Dari kesimpulan di atas dapat kami memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1.      Dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi dengar, hendaknya dilakukan kontak yang sering dan singkat  dengan memodifikasi berdasarkan kemampuan dan kebutuhan klien. Selain itu tidak mendukung dan tidak menyangkal isi halusinasinya.
2.      Terapi aktifitas kelompok (TAK) hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur karena merupakan sustu terapi yang dapat mempercepat proses penyembuhan. (dapat memutuskan stimulus internal klien dengan memberikan stimulus eksternal).
Klien dengan halusinasi dengar hendaknya diajarkan cara-cara marah yang konstruktif, terutama bila isi halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan mengancam agar tidak membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
REFERENSI

-          Anna keliat, Budi. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

-          http// www. Google. Com// Keperawatan Jiwa/

-          http// www. Keperawatan Jiwa Mediastore.com




0 komentar:

Posting Komentar