jumlah pengunjung blog

jumlah pengunjung blog

google translet

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Laman

Jumat, 18 Maret 2011

osteomalasia

Diposting oleh Amel_Lia

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang

Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi membutuhkan vitamin D, kalsium dan fosfor yang adekuat. Defisiesi yang lama dari berbagai hal diatas mengakibatkan akumulasi matriks tulang yang tidak dimineralisasikan. Penurunan mineralisasi pada pasien muda menyebabkan riketsia karena kerusakan dari pertumbuhan lempeng epifise. Kekuatan tulang menurun, yang menyebabkan deformitas struktural pada tulang penyangga berat badan. Pada orang tua dimana epifise telah menutup dan hanya tulang  yang terkena, gangguan mineralisasi ini disebut osteomalasia. Osteoid secara normal memineralisasi dalam 5-10 hari, namun pada pasien dengan osteomalasia interval bisa terjadi selama 3 bulan. Penyebab riketsia/osteomalasia meliputi kurangnya suplemen vitamin D atau fosfor, penggunaan susu formula yang mengandung  kurang dari 20 mg kalsium/dl, nutrisi total parenteral dengan larutan tanpa kalsium dan vitamin D yang adekuat, dan diet tinggi phytate yang mengikat kalsium dalam usus. Hipovitaminosis D disebabkan oleh defisiensi diet kronik; penurunan sintesis disebabkan oleh paparan sinar matahari yang kurang; menurunnya absorpsi vitamin D karena penyakit bilier, pankreatitis, penyakit mukosa usus kecil proksimal, gastrektomi atau resin pengikat asam empedu; meningkatnya ekskresi vitamin D pada pasien dengan sindrom nefrotik dan meningkatkan katabolisme vitamin D akibat medikasi seperti fenitoin, barbiturat dan rifampisin.

1.2.  Tujuan

1.2.1.      Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara detail mengenai gangguan pada sistem Muskuloskeletal dalam hal ini pada penyakit osteomalasia.
1
 
 



1.2.2.      Tujuan Khusus

1.      Untuk mengetahui definisi dari osteomalasia
2.      Untuk mengetahui etiologi dari osteomalasia
3.      Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomalasia
4.      Untuk mengetahui manifestasi klinik dan osteomalasia
5.      Untuk mengetahui evaluasi diagnostik dari osteomalasia
6.      Untuk mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan dari osteomalasia
7.      Untuk mengetahui proses keperawatan pada pasien osteomalasia
    
1.3.  Manfaat

Memberikan informasi kepada pembaca mengenai gangguan pada sistem muskuloskeletal (pada penyakit osteomalasia), sehingga diharapkan memberikan gambaran lebih jelas untuk melaksanakan proses keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi

Terdapat beberapa definisi dari osteomalasia, antara lain:
1.      Penyakit metabolik tulang pada orang dewasa yang ditandai kekurangan  mineral pada matriks osteoid, walaupun osteoid mempunyai struktur yang normal dan massa osteoid tidak terganggu.
2.      Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositoan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari ostemalasia adalah “soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
3.      Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).
4.      Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang. (kondisi serupa pada anak dinamakan rikets). Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik, dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal telah selesai. Pada pasien ini, sejumlah besar osteoid atau remodeling tulang baru tidak mengalami.
5.      Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa dan sebagaimana penyakit raktis. Kelainan ini berkaitan dengan gangguan deposisi kalsium pada matriks tulang (gangguan mineralisasi).


2.2. Etiologi

1.      Defisiensi vitamin D akibat kekurangan dalam diet atau malasorpsi
Defisiensi sering terjadi pada orang tua, juga pada ras kulit berwarna yang tinggal dibelahan bumi bagian utara, terutama mereka yang tinggal di dalam rumah.
2.      Malbsorpsi vitamin D dapat terjadi pada ‘gluten enteropati’ atau pasca-gastrektomi.
3.      Penyakit ginjal dan obat anti kejang dapat mengurangi pembentukan metabolit aktif dan vitamin D (asidosis tubulus penalis)
4.      Defisiensi kalsium merupakan penyebab yang jarang dari osteomalasia
5.      Histologik, trabekula tulang yang normal meluputi dengan kelim osteoid yang lebar yang tidak mengalami kalsifikasi; osteoblas normal tetapi kalsitikasi kurang cukup.

Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering digolongkan dalam hal kekurangan calsium) terutama gangguan fungsi menuju kerusakan, tetapi faktor makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang juga dapat menjadi faktor pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kurangnya sinar matahari.
Osteomalasia kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi calsium atau kekurangan calsium dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia. Kekurangan lain selain vitamin D (semua vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium. ekskresi yang paling terakhir terdapat dalam faeces bercampur dengan asam lemak (fatty acid).
Sebagai contoh dapat terjadi gangguan diantaranya celiac disease, obatruksi sistem penceernaan kronik, pankreatitis kronis dan reseksi perut yang kecil.
Penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D, karenanya organ-organ tersebut mengubahnya vitamin D ke dalam untuk aktif. Terakhir, hyperparatiroid menunjang terjadinya kekurangan pembentukan calsium, dengan demikian osteomalasia menyebabkan kenaikan ekskresi fosfat dalam urine.


2.3. Patofisiologi
 






























2.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari osteomalasia menyerupai gangguan reumatik, meliputi nyeri tulang, mudah lelah, kelemahan proksimal dan pelunakan periartikuler. Simptom ini membaik dengan terapi untuk mengoreksi gangguan mineralisasi. Beberapa pasien dengan osteomalasia menunjukkan garis radiolusen kortikal tipis (stress fracture) yang tegak lurus dengan tulang, seringkali simetris dan pasien lain memiliki fraktur lama pada kosta yang multiple dengan pembentukan kalus yang buruk.
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalasia adalah nyeri tulang dan nyeri tekan tulang. Sebagai akibat kekurangan kalsium, biasanya terjadi kelemahan otot. Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang. Pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi melengkung (karena berat tubuh dan terikan otot). Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengakibatkan pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis). Sakrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan perlunya sectio caesario (SC) pada wanita hamil yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan resiko jatuh dan fraktur.
         Kemungkinan terjadinya penyakit ini harus dicurigai pada orang yang mengalami:
·         Penurunan berat badan
·         Anoreksia
·         Kelemahan otot, sehingga menyebabkan susah untuk menaiki tangga
·         Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha
·         Perubahan bentuk pada tulang punggung dan anggota gerak (lengan dan tungkai).

2.5. Evaluasi Diagnostik
     
         Kalsium dan fosfat anorganik rendah atau di bawah normal Fosfatase alkali meninggi. Rontgen menunjukkan fraktur yang khas (Looser’s zones) pada tulang-tulang pelvis dan tulang panjang dan terutama metatarsal dan pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas. Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan kadar kalsium dan fosfor yang rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Kalsium urine dan ekskresi kreatinin rendah. Biopsi tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

2.6. Penatalaksanaan

         Penyebab yang mendasari kelainan (kekurangan vitamin D, gagal ginjal kronik, atau renal tubular asidosis) ini mesti dikoreksi terlebih dahulu. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan  dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D. Setelah terlaksana terapi medis yang baik, jika masiih terdapat sisa kelainan tulang yang ada, dapa dilakukan tindakan osteotomi (pemotongan sebagian tulang) pada tulang yang masih menunjukkan kelainan. Penyebab dasar osteomalasia harus dikoreksi bila mungkin. Bila osteomalasia akibat kesalahan diet, maka perlu diberikan diet kaya protein dan kalsium dan vitamin D tinggi.
         Suplemen vitamin D harus diresapkan. Vitamin D akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfor dalam cairan ekstrasel dan maka tersedia ion kalsium dan fosfor untuk mineralisasi tulang.
         Bila osteimalasia diakibatkan oleh malabsorspsi, penambahan dosis vitamin D selain suplemen kalsium biasanya diresapkan. Pemejanan sinar matahari sebagai radiasi ultraviolet untuk mentransformasi bahan kolesterol (7-dehidrokolesterol) yang tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu dianjurkan.
         Sering, masalah skelet yang berhubungan dengan osteomalasia sembuh sendiri bila kekurangan nutrisi atau proses patologis yang mendasarinya telah ditangani secara adekuat. Pemantauan jangka panjang pasien diperlukan untuk meyakinkan stabilisasi atau kekambuhan osteomalasia. Berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin perlu ditangani dengan brace atau pembedahan (dapat dilakukan osteotomi untuk mengoreksi deformitas tulang panjang).
         Pada defisiensi primer, suplementasi dengan vitamin D (2000 IU/hari) dan mengubah cara hidup bila diperlukan. Pada enteropati dan penyebab lain, memperbaiki kondisi dan vitamin D (5000 IU/hari) dengan suplementasi kalsium. Apabila terjadi deformitas yang menetap dapat dilakukan osteotomi.

2.7. Proses Keperawatan

A.    Pengkajian
            Pasien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang umum pada punggung bawah dan ekstremitas disertai dengan nyeri tekan. Gambaran ketidaknyamanan tidak jelas. Pasien mungkin datang karena dengan fraktur. Selama wawancara, informasi mengenai penyakit juga ada (mis, sindrom malabsorpsi) dan kebiasaan diet harus diperoleh.
            Pada pemeriksaan fisik, didapatkan deformitas skelet. Deformitas vertebra dan deformitas lengkungan tulang panjang membuat penampakan pasien menjadi tidak normal dan jalannya membebek. Dan dapat terjadi kelemahan otot. Pasien ini merasa tidak nyaman dengan penampilan mereka.

B.     Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien bisa meliputi  yang berikut:
1.      Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program tindakan
2.      Nyeri yang berhubungan dengan nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur
3.      Gangguan konsep diri yang berhungan dengan tungkai melengkung, jalan bebek, deformitas vertebra

C.     Perencanaan dan Implementasi
     
            Sasaran. Sasaran utama pasien dengan osteomalasia dapat meliputi pengetahuan mengenai proses penyakit dan program tindakan, peredaan nyeri, dan perbaikan konsep diri.

Intervensi Keperawatan

1.      Pemahaman Proses Penyakit dan Program Tindakan.
      Pendidikan pasien difokuskan pada penyebab osteomalasia dan pendekatan untuk mengontrolnya. Pasien diberi instruksi mengenai sumber kalsium dan vitamin D diet (misalnya, susu dan sereal yang diperkaya, telur, hati ayam). Keamanan penggunaan suplemen harus dikaji ulang. Karena vitamin D dosis tinggi sangat toksis dan meningkatkan risiko hiperkalsemia, maka perlu ditekankan pentingnya pemantauan kadar kalsium serum.
      Perawat harus mendorong aktivitas di luar rumah untuk memanjakan kulit pada sinar ultraviolet matahari, yang diperlukan untuk memproduksi vitamin D dalam tubuh.

2.      Meredakan Nyeri.
      Upaya fisik, psikologis, dan farmakologik dipergunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan nyeri pasien. Karena pasien mengalami nyeri dan nyeri tekan skelet, maka pada saat memberikan bantuan harus dilakukan dengan cara yang sangat lembut ketika pasien ingin mengubah posisi. Perubahan posisi sering dapat mengurangi ketidaknyamanan karena imobilitas. Kasur busa yang padat dan bantal lembut dapat memberikan dukungan tubuh dan memberi kenyamanan pada deformitas yang ada. Aktivitas diversional dan pemusatan pada pembicaraan, televisi dan kegiatan santai lainnya dapat menurunkan persepsi nyeri pasien. Pada saat-saat tertentu, diperlukan analgetika sesuai resep untuk mengurangi ketidaknyamanan. Respons pasien teradap obat yang diberikan harus dipantau. Bila kondisinya berespons terhadap terapi, ketidaknyamanan skelet akan berkurang.

3.      Memperbaiki Konsep-Diri.
      Bila telah terbentuk hubungan yang saling percaya dengan perawat yang ada, pasien merasa berani untuk mendiskusikan setiap perubahan pada citra diri dan metode untuk menghadapi masalah terhadap adanya perubahan tadi. Pasien didorong untuk mengenali dan menggunakan kekuatan yang dimilikinya dan dimasukkan dalam perencanaan asuhan; sebagai partisipan yang aktif dapat memperbaiki kontrol diri dan meningkatkan perasaan harga diri. Interaksi dengan keluarga dan sahabat perlu didorong. Interaksi sosial dapat membantu memberikan rasa diterima tanpa memperhatikan perubahan fisik yang terjadi.

D.  Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1.      Menjelaskan proses penyakit dan program penanganan.
a. Menerangkan factor spesifik yang berperan dalam proses penyakit.
b.Mengkonsumsi kalsium dan vitamin D sesuai jumlah terapeutik.
c. Pemajanan terhadap sinar matahari.
d.      Selalu memantau kadar kalsium serum sepanjang program terapi.
e. Selalu menepati perjanjian kesehatan tindak lanjut.
2.      Mengalami peredaan nyeri.
a. Melaporkan perasaan nyaman.
b.Melaporkan peredaan nyeri tekan tulang

3.      Menunjukkan peningkatan konsep diri.
a. Menunjukkan kepercayaan diri mengenai kemampuannya.
b.Meningkatkan tingkat aktivitasnya.
c. Meningkatkan interaksi sosial.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

1.      Osteomalasia merupakan penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).
2.      Osteomalasai dapat terjadi karena:
a.       Defisiensi dan malabsorbsi vitamin D
b.      Penyakit hati dan ginjal
c.       Defisiensi kalsium
d.      Histologik
3.      Manifestasi klinik osteomalasia antara lain: nyeri tulang, mudah lelah, kelemahan proksimal, perlunakan periartikuler, nyeri tulang, nyeri tekan tulang, tungkai melengkung, vertebra mengalami kompressi dan ketidakseimbangan.
4.      Evaluasi Diagnostik
a.       Kalsium & fosfat organik rendah (dibawah normal)
b.      Fosfat alkali tinggi
c.       Rontgen menunjukkan fraktur yang khas (looser zone’s)
d.      Pada sinar X terlihat demineralisasi tulang
e.       Terlihat kompresi tulang vertebra
f.       Pada biopsy terlihat peningkatan jumlah osteoid
5.      Penatalaksanaan
Suplementasi vitamin D dosis tinggi dan perbaikan pola hidup diperlukan suplemen kalsium, apabila terjadi deformitas menetap dilakukan osteotomi.

6.      Proskep
a.       Pengkajian
-          Nyeri
-          Adanya fraktur / deformitas
-          Konsep diri (ketidaknyamanan)
b.      Diagnosa keperawatan
c.       Intervensi
-          Pemahaman proses penyakit dan program tindakan
-          Meredakan nyeri
-          Memperbaiki konsep

3.2  Saran
            Diharapkan sebagai perawat professional mampu memahami landasan teori serta mampu menerapkan proses keperawatan secara kritis dan nasional sehingga proses keperawatan dapat efektif dan maksimal untuk mempercepat kesembuhan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

     
            Brunner and suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
            Rasjad, chairuddin.2003, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar : Bintang Lamumpatue
            http://ezcobar.com/dokter-online
            http://harnawatiaj.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar