jumlah pengunjung blog

jumlah pengunjung blog

google translet

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Laman

Jumat, 18 Maret 2011

askep TBC

Diposting oleh Amel_Lia

LAPORAN PENDAHULUAN
TB PARU

1.1 Definisi
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu taha terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

1.2 Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

1.3 Patofisiologi
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.

Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.

Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).


1.4  Manifestasi klinis
·         Batuk batuk lebih dari 4 minggu
·         Batuk darah
·         Sering terasa sesak nafas
·         Nyeri dada pada waktu bernafas
·         Demam dengan suhu tubuh mencapai 40-41°C
·         Suhu badan meninggi lebih dari 4 minggu
·         Terasa gerah waktu dini hari
·         Nafsu makan menurun
·         Berat badan menurun
·         Malaise (anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam hari)
·         Rasa lelah dan lemah
1.5  Komplikasi
1. TBC tulang
2. Potts disease : rusaknya tulang belakang
3. Distroyed lung ( Pulmonary distruction )
4. Effusi pleura
5. TBC milier
6. Meningitis TBC
.

1.6  Pemeriksaan penunjang
·          Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
·          Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
·          Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
·          Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
·         Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
·          Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.
·          Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
·          Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
·         Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik, tomogram dan lain-lain.
Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
1.7  Penatalaksanaan Umum
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
* Streptomisin inj 750 mg.
* Pas 10 mg.
* Ethambutol 1000 mg.
* Isoniazid 400 mg.
2. Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
* INH.
* Rifampicin.
* Ethambutol.

Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
* Rifampicin.
* Isoniazid (INH).
* Ethambutol.
* Pyridoxin (B6).

1.8  Pencegahan
a. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara:
- Makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
- Usahakan setiap hari tidur cukup dan teratur
- Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mempunyai udara segar.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG.4
b. Kebersihan Lingkungan
- Lengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup
- Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan     dan pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosa dini
- Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang meningkatkan risiko    terjadinya infeksi, misalnya kepadatan hunian

KONSEP KEPERAWATAN TEORI

A.    Pengkajian Keperawatan
a. Bio Data
Penyakit Tuberkulosa dapat menyerang dari mulai anak sampai dengan dewasa dengan komposisi antara laki-laki dan perempuan yang hampir sama menderita. Biasanya timbul pada lingkungan rumah dengan kepadatan tinggi yang tidak memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam rumah. TB pada anak dapat terjadi pada usia berapa pun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun.. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3:1.1, TB luar paru-paru dan TB yang berat terutama ditemukan pada usia < 3
tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah masa remaja di mana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).

b. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Ø Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Ø Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Ø Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Ø Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Ø Daya tahan tubuh yang menurun.
Ø Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
Ø Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
Ø Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Ø Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
Ø Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

d. Riwayat Sosial Ekonomi:
Ø Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
Ø Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

e. Faktor Pendukung:
Ø Riwayat lingkungan.
Ø Pola hidup.
Ø Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
Ø Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernafasan
Ø riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Ø sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Ø Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi  pleural
Ø Bunyi nafas  : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
Ø Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Ø Warna  : pucat atau sianosis bibir / kuku
Ø Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
Ø Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
Ø Dispnea, sianosis
Ø Bentuk efektif / tidak efektif dengan / tanpa produksi sputum

2. Sistem Kardiovaskuler
Nyeri dada:
Ø Etiologi : paru atau luar paru
Ø Sukar dinilai (subyektif)
Ø 5 kelompok : pleuropulmonal,trakeobronkial,kardiovaskuler, mediastinal,neuromuskuloskeletal
Ø Kaji sifat, berat, lokasi, durasi, intensitas,penyebaran, faktor me(+) & (-) nyeri
Ø CRT lebih dari 3 detik
Ø Akral hangat
Ø Suara jantung S1 S2 tunggal
Ø Riwayat gagal jantung kronis
Ø Takikardi, penampilan keperanan atau pucat
Ø Pusing

3. Sistem Persyarafan
Ø Sakit kepala dengan frontal
Ø Perubahan mental
Ø Kesadaran komposmetis
Ø Gelisah
Ø GCS 4-5-6
Ø Sklera putih
Ø Konjungtiva pucat
Ø Pupil isokor

4. Sistem Perkemihan
Ø Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
Ø Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
Ø Asupan cairan minimal 2500 / hari

5. Sistem Pencernaan
Ø Anoreksia
Ø Berat badan turun
Ø Kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Ø Distensi abdomen
Ø Hiperaktif bunyi usus
Ø Kulit kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi
Ø BAB : frekuensi,konsistensi

6. Sistem Integumen-Tulang Otot
Ø  Kelemahan, kelelahan, insomnia
Ø  Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
Ø  Kemampuan otot menurun
Ø  Kemempuan pergerakan sendi terbatas
Ø  Tidak ada odem pada ekstremitas
Ø  Ada nyeri gerak

7. Sistem Endokrin
Ø Kekeringan kulit dan rambut
Ø Goiter
Ø Hipoglikemi
Ø Hiperglikemi
Ø Postural hipotensi
Ø Kelamahan
8. Sistem Reproduksi
Ø Bentuk kelamin normal
Ø Kebersihan
Ø Siklus haid
Ø Bentuk payudara simetris
Ø Tidak ada benjolan

B.     Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk klien TB Paru meliputi :
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler
3.  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.


C.    Intervensi Keperawatan
1.      Diagnosa Keperawatan 1
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
                        1.    Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
                        2.    Mendemontrasikan batuk efektif.
                        3.    Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Intervensi :
a.  Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
b.  Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
c.  Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas
d. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
e.  Tahan napas selama 3 – 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
f.   Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
g.  Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis..
h.  Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

2.     Diagnosis Keperawatan 2. :
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
                           1.    Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
                           2. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
                           3. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
b.  Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
c.  Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
d. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
e.  Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
f.   Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
g.  Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.


3.     Diagnosis Keperawatan 2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksiaDiangnosa nyeri berhubungan dengan iskemia miokardium
 Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
1. Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
2. Menu makanan yang disajikan habis
3. Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema
Intervensi
a.  Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.
b.   Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
c.    Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.
d.   Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan.
e.    Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat
D.    Evaluasi Keperawatan
a. Keefektifan bersihan jalan napas.
b. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu..
c.Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
.


Daftar Pustaka

Ø  Judith M. Wilkinson, ( 2005 ) Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
Ø  Marilyn E. doenges at all (2000), Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Ø  Betram G Katzung, ( 1998 ) Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta : EGC




















0 komentar:

Posting Komentar