jumlah pengunjung blog

jumlah pengunjung blog

google translet

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Laman

Rabu, 16 Maret 2011

Ca Tulang

Diposting oleh Amel_Lia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Tubuh manusia mempunyai 206 tulang-tulang. Tulang-tulang ini melayani beragam fungsi-fungsi yang berbeda. Pertama, tulang-tulang manusia menyediakan struktur pada tubuh manusia dan membantu menyediakan bentuknya. Otot-otot melekat pada tulang-tulang dan membantu manusia untuk bergerak. Kedua, tulang-tulang membantu melindungi organ-organ yang lebih rentan dari tubuh. Contohnya, tulang-tulang dari tengkorak melindungi otak, vertebrae dari tulang belakang (spine) melindungi sumsum tulang belakang (spinal cord), dan tulang-tulang rusuk melindungi jantung dan paru-paru. Ketiga, tulang-tulang mengandung sumsum tulang (bone marrow), yang membuat dan menyimpan sel-sel darah baru.
Tubuh manusia terbentuk dari banyak struktur-struktur kecil yang disebut sel-sel. Ada banyak tipe-tipe yang berbeda dari sel-sel yang tumbuh untuk membentuk bagian-bagian yang berbeda dari tubuh manusia. Selama pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sel-sel ini secara terus menerus tumbuh, membelah, dan membuat sel-sel baru.
Sel-sel membelah dan membuat sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang tua dan rusak. Pada seorang yang sehat, tubuh mampu untuk mengontrol pertumbuhan dan pembelahan dari sel-sel menurut keperluan dari tubuh. Kanker adalah ketika kontrol yang normal ini dari sel-sel hilang dan sel-sel mulai tumbuh dan membelah di luar kontrol. Sel-sel juga menjadi abnormal dan telah berubah fungsi.
Ada banyak tipe berbeda dari kanker. Kanker biasanya dinamakan berdasarkan pada tipe dari sel yang dipengaruhi. Contohnya, kanker paru disebabkan oleh sel-sel yang diluar kontrol yang membentuk paru-paru, dan kanker payudara oleh sel-sel yang membentuk payudara. Suatu tumor adalah suatu kumpulan dari sel-sel abnormal yang mengumpul bersama. Tidak semua tumor bersifat kanker. Suatu tumor bisa jinak (tidak bersifat kanker) atau ganas (bersifat kanker). Tumor-tumor jinak biasanya kurang berbahaya dan tidak mampu untuk menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Tumor-tumor ganas biasanya lebih serius dan dapat menyebar ke area-area lain dalam tubuh.
Data yang dihimpun RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam periode 10 tahun terakhir, yaitu antara tahun 1995 sampai 2004, terdapat 455 kasus kanker baru, 118 atau 36 persen adalah kanker pada anak, 1,04 persen di antaranya kanker tulang. Kasus kanker tulang memang tidak sebanyak kanker lain.
Meski jumlahnya relatif kecil, dampak yang ditimbulkannya sangatlah besar. Anak-anak dapat kehilangan masa depannya akibat operasi atau amputasi pada organ tubuh yang terkena kanker ini dan bila tidak segera mendapat terapi yang baik, kanker ini tentu akan menambah daftar kematian. Sebab itulah kanker tulang pada anak perlu mendapat perhatian serius.

1.2.   Tujuan
         Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1.       Mempelajari pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, sampai cara pengobatan kanker tulang.
2.       Mempelajari pembuatan Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan untuk pasien dengan diagnosis medis kanker tulang.
3.       Memahami penanganan managemen medis kanker tulang.

1.3.   Manfaat
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat :
-          Bagi mahasiswa agar sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita kanker tulang dengan baik dan benar.
-          Bagi para pembaca, sebagai bahan bacaan dan referensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Tulang (Bone Cancer)
A.  Pengertian
Dari banyaknya penyakit kanker yang sering ditemukan pada anak, salah satunya kanker tulang atau istilah medisnya osteosarkoma. Kanker ini menempati urutan kedelapan setelah kanker otot lurik atau rabdomiosarkoma sebagai pembawa kematian pada anak.

Kanker tulang dapat didefinisikan sebagai proliferasi abnormal sel-sel di dalam tulang. Kanker tulang secara luas dapat digolongkan ke dalam kanker tulang primer dan sekunder kanker tulang. Kanker tulang disebabkan oleh gangguan pada sel-sel yang membentuk tulang.
Tumor-tumor tulang paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja-remaja dan lebih kurang umum pada orang-orang dewasa yang lebih tua. Kanker tulang primer biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja (antara 10 hingga 18 tahun). Kanker yang melibatkan tulang pada dewasa-dewasa yang lebih tua paling umum adalah akibat dari penyebaran metastasis dari tumor yang lain. Kemampuan sel-sel kanker untuk meninggalkan lokasi awal mereka dan bergerak ke lokasi lain didalam tubuh disebut metastasis.
Metastasis dapat terjadi, dengan cara sel-sel kanker memasuki aliran darah tubuh atau sistem getah bening (lymphatic system) untuk berjalan ke tempat-tempat lain didalam tubuh. Ketika sel-sel kanker bermetastasis ke bagian-bagian lain tubuh, mereka tetap dinamakan dengan tipe asal dari sel yang abnormal. Banyak tipe-tipe berbeda dari kanker mampu untuk bermetastasis ke tulang-tulang. Tipe-tipe kanker yang paling umum yang menyebar ke tulang-tulang adalah paru, payudara, prostate, tiroid, dan ginjal. Contohnya, jika suatu kelompok dari sel-sel payudara menjadi berpenyakit kanker dan bermetastasis ke tulang-tulang, ia disebut kanker payudara yang bermetastasis. Perawatan-perawatan untuk kanker-kanker yang telah bermetastasis ke tulang didasarkan pada tipe awal dari kanker.

  1. Etiologi
Ada berbagai penyebab kanker tulang bisa terjadi
a.       Pertumbuhan sel tulang abnormal (displasia tulang).
b.      Dari kanker jaringan lain yang bermetastase ke tulang
Kankernya berasal dari organ lain, lalu menyebar ke tulang. Misalnya kanker paru yang menyebar ke tulang.
c.       Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
Pada orang-orang yang telah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi untuk penyakit lain.
d.      Keturunan
Ada dugaan bahwa osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan.
e.       Belum diketahui penyebabnya.
Prognosis tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor, jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.

  1. Klasifikasi
Ada tiga macam kanker tulang menurut sifatnya, yaitu yang bersifat lunak, ganas, dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur jaringan akibat cedera atau penyakit).
Ada dua tipe dari kanker yang relatif umum yang berkembang di dalam tulang-tulang: lymphoma dan multiple myeloma. Lymphoma, suatu kanker yang timbul dari sel-sel sistim imun, biasanya mulai di simpul-simpul getah bening namun dapat mulai di tulang. Multiple myeloma mulai di tulang-tulang, namun biasanya tidak dipertimbangkan sebagai suatu tumor tulang karena merupakan suatu tumor dari sel-sel sumsum tulang dan bukan dari sel-sel tulang.
Secara garis besar kanker tulang dipecah menjadi dua jenis:
1.      Kanker tulang primer
Kanker yang satu ini memang berasal dari tulang itu sendiri. Ini adalah bentuk yang jarang dari kanker, hanya 1% dari kanker.
Yang termasuk dalam kategori kanker tulang ini adalah:
a.       Mieloma Multipel
Mieloma Multipel adalah kanker tulang yang paling sering ditemukan. Kanker ini berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah. Biasanya kanker tulang jenis ini dialami oleh orang dewasa (berumur diatas 30 tahun) dan kira-kira dua kali lebih umum pada laki-laki daripada wanita-wanita. Kanker ini dapat mengenai 1 atau lebih tulang sehingga nyeri bisa muncul pada satu tempat atau lebih.

b.      Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik)
Osteosarcoma adalah tipe tumor maligna primer yang paling banyak ditemukan. Dinamakan osteo (tulang) dan sarcoma (kanker jaringan ikat) karena merupakan kondisi beberapa sarkoma yang timbul di sekitar tulang.
Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas yang berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Kanker tulang jenis ini banyak menyerang anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdeteksi pada anak umur 15 tahun. Dan angka kejadian pada pria dan wanita adalah sama, tapi semakin bertambahnya umur, risiko akan meningkat pada anak lelaki berumur antara (10 dan 25 tahun), namun bisa juga diderita orang-orang yang lebih tua (50 - 70 tahun).
Penyebab kanker ini memang tidak diketahui secara pasti. Namun dari beberapa bukti yang ada tampaknya kemungkinan bahwa penyakit ini diturunkan besar sekali. Osteosarkoma kebanyakan menyerang tulang panjang, seperti tulang paha (femur distal) lebih dari 50%, tulang betis (tibia), dan tulang lengan atas (humerus) dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Ada pula kasus pada tulang tengkorak, tulang rahang, dan tulang pelvis. Biasanya kanker menyerang bagian metafisis, yakni areal tulang dengan metabolik aktif dan banyak mengandung pembuluh darah.
Osteosarkoma mungkin osteoblastik, kondroblastik, atau fibroblastik, tergantung asal jaringannya. Apapun sumbernya lesinya biasanya bermetastasi ke perifer paru dalam 2 tahun setelah tindakan, dan biasanya berakhir dengan kematian.

c.       Fibrosarkoma dan Histiositoma Fibrosa Maligna
Fibrosarkoma muncul dari jaringan fibrosa, fibrosarkoma dapat dibagi menjadi beberapa subtipe. Subtipe yang paling maligna adalah Malignant fibrous histiocytoma (MFH). Kebanyakan presentasi klinisnya rendah, tanpa manifestasi spesifik dan lebih jarang daripada tumor-tumor tulang lainnya. Nyeri lokal, dengan atau tanpa rasa teraba, terjadi pada tulang panjang ekstremitas bawah. Meskipun MFH menyerang pada semua usia, umumnya terjadi pada pria usia paruh baya. Paling sering pada orang-orang yang berumur 35-60 tahun. Sedikit lebih sering pada laki-laki daripada wanita-wanita.
Kanker ini berasal dari jaringan lunak dari kaki dibelakang dan tangan (jaringan ikat selain tulang, seperti ligamen, tendon, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang. Tulang yang paling sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan, dan rahang.
Fibrosarkoma dan Histositoma Fibrosa Maligna mirip dengan osteosarkoma dalam bentuk, lokasi dan gejala-gejalanya. Pengobatannya pun sama.

d.      Kondrosarkoma
Kondrosarkoma adalah tumor yang timbul dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang ganas. Dapat tumbuh dengan sangat agresif atau relatif perlahan. Kebanyakan kondrosarkoma tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah yang dapat disembuhkan dengan pembedahan. Tetapi, beberapa diantaranya adalah tumor derajat tinggi yang cenderung menyebar. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
Kondrosarkoma paling sering pada usia paruh baya (orang-orang berumur diatas 40 tahun) dan usia yang lebih tua. Lebih sering pada laki-laki (predominansi ringan) dan dapat secara potensial menyebar ke paru-paru dan simpul-simpul getah bening. Kondrosarkoma mempengaruhi tulang-tulang dari pelvis dan pinggul-pinggul, lesi ini merusak tulang dan sering mengkalsifikasinya. Klien mengalami nyeri tumpul dan pembengkakan dalam waktu yang lama.
Klien dengan kondrosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada sarkoma osteogenik. Kelangsungan hidup lima tahun untuk bentuk yang agresif adalah kira-kira 30%, namun angka kelangsungan hidup untuk tumor-tumor yang tumbuhnya perlahan adalah 90%.

e.       Tumor Ewing (Sarkoma Ewing)
Tumor Ewing muncul pada masa pubertas dimana tulang tumbuh sangat cepat. Tumor ini jarang ditemukan pada anak yang berumur dibawah 10 tahun. Lebih sering pada laki-laki dan sangat jarang pada orang-orang yang berumur lebih dari 30 tahun. 5% dari seluruh tumor tulang maligna adalah sarkoma Ewing.
Tumor bisa tumbuh di bagian tubuh manapun. Namun yang paling sering di tulang panjang anggota gerak, panggul, atau dada. Tumor juga bisa tumbuh di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya. Tumor mudah menyebar, seringkali menyebar ke paru-paru dan tulang lainnya. Pada saat terdiagnosis, penyebaran telah terjadi hampir pada 30% penderita. Angka kelangsungan hidup tiga tahun adalah kira-kira 65%, namun angka ini adalah jauh lebih rendah apabila telah menyebar ke paru-paru atau jaringan-jaringan lain dari tubuh.
Meskipun sarkoma Ewing tidak seumum tumor tulang lainnya, tumor ini yang paling maligna. Seperti tumor lainnya, tumor ini juga menyebabkan nyeri dan pembengkakan. Sebagai tambahan manifestasi klinis; demam derajat rendah tertentu, leukositosis, dan anemia. Pelvis dan ektremitas bawah adaah yang paling sering diserang. Serangan pada pelvis memberikan tanda prognosa yang buruk.
Pada tingkat selular tumor ini serupa dengan limfoma tulang. Pada hasil Rontgen karakteistiknya berbintik pola destruktif dan tampakan kulit bawang pada permukaan tulang membedakan neoplasma sarkoma Ewing. Seperti tumor maligna lainnya tumor ini juga tidak mempunyai tudung dan sering meluas ke jaringan lunak. Kematian terjadi karena metastasis ke paru atau tulang lainnya.

f.       Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum)
Limfoma Tulang Maligna biasanya menyerang mereka yang berusia 40-50 tahun. Kanker ini berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh, kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan dan tulang yang rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran, yang sama efektifnya dengan pengangkatan tumor. Amputasi jarang diperlukan.
2.      Kanker tulang metastatik (kanker tulang sekunder)
Kanker tulang jenis ini disebabkan oleh keganasan primer kanker yang sudah ada di organ tubuh yang lain sebelum akhirnya menyebar ke tulang. Jadi kankernya bukan dari tulang. Seperti payudara, paru-paru, prostat, ginjal dan kelenjar gondok (80%) sebagai kanker ‘pencari tulang’ karena bermetastasi ke tulang lebih sering daripada tumor lain. Menyebar ke tulang sebagai akibat dari metastasis. Contohnya adalah kanker paru-paru yang menyebar ke tulang dimana sel-sel kankernya menyerupai sel-sel paru-paru namun berada pada tulang yang diserang. Penyebaran ini ternyata ditemukan lebih banyak di tulang skelet daripada ekstremitas.
Vertebra, pelvis, femur dan iga adalah lokasi yang umum diserang. Secara sederhana, tumor primer dibawa melalui aliran darah. Hampir semua lesi metastastik berasal dari epitel dan berawal dari sumsum tulang.
Penyakit ini terutama menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun. Pada klien dengan riwayat kanker dan nyeri lokal, perlu diduga adanya metastasis. Insiden metastasis tulang berentang dari 20-70% tergantung dari sumber laporan statistik. Diduga insiden yang dilaporkan jauh dibawah nilai yang sebenarnya.

  1. Patofisiologi
Penyebaran tumor ganas ke tulang adalah melalui aliran darah (hematogenic spread) dan tidak melalui aliran getah bening. Deposit sel tumor terdapat pada sumsum tulang, sedangkan pada diafise tulang deposit tumor didapatkan terutama pada arteri nutrisia.







Organization Chart

  1. Manifestasi Klinis
Pasien dengan masalah yang berhubungan dengan tumor tulang sangat bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat dengan gejala. Gejalanya juga bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi kanker.
1.      Merasakan adanya suatu massa atau gumpalan pada tulang atau pada jaringan-jaringan yang mengelilingi tulang.
2.      Pembengkakan progresif di bagian tulang yang terkena disertai nyeri (ringan dan kadang sampai konstan dan berat sejalan dengan pertumbuhan tumor), demam waktu malam, menggigil, keringat dan terlihat agak memerah. (Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise).
Pada kebanyakan kasus-kasus, gejala-gejala menjadi secara berangsur-angsur lebih parah seiring dengan waktu. Pada awalnya, nyeri mungkin hanya hadir waktu malam atau dengan aktivitas. Tergantung pada pertumbuhan dari tumor, mereka yang terpengaruh mungkin mempunyai gejala-gejala untuk berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun.
Kadang-kadang nyeri begitu hebat sehingga mengakibatkan penderita berhari-hari tidak bisa tidur. Nyeri akan disertai dengan tidak berfungsinya anggota gerak apabila metastasis mengenai tulang belakang atau tulang penopang badan karena timbulnya fraktur yang patologik.
3.      Area yang terkena biasanya hangat karena vaskularisasi pada area tersebut meningkat serta adanya pelebaran vena.
4.      Penurunan berat badan, hilangnya nafsu makan, malaise, pergerakan yang terbatas.
Pasien yang menderita tumor di dekat sendi mengalami masalah dalam gerakan. Tumor di tungkai akan menyebabkan penderita berjalan timpang. Sedangkan tumor di lengan akan menyebabkan nyeri ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu.


5.      Kecacatan yang bervariasi karena patah tulang patologik.
Awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang yang selanjutnya menjadi tumor. Tulang-tulang dapat menjadi lemah karena tumor dan menjurus pada suatu patah tulang setelah trauma (luka) yang kecil atau tidak ada trauma atau hanya dari berdiri pada tulang yang terkena tumor. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor ini disebut fraktur patologis dan sering terjadi setelah tulang mengalami gerakan rutin.
6.      Defisit neurologik (misalnya nyeri progresif, kelemahan, parasetesia, paraplegia, retensi urin dan alvi).

  1. Pemeriksaan
Jika diduga suatu tumor, maka dilakukan pemeriksaan untuk menentukan lokasi dan penyebaran tumor. Pendeteksian penyakit ini adalah dengan pemeriksaan:
1.   Pengkajian : beberapa tipe-tipe kanker umumnya, diderita pasien jika mereka mempunyai anggota-anggota keluarga yang dekat yang telah menderita tipe kanker itu. Suatu deskripsi (keterangan) dari gejala-gejala yang dialami pasien dapat membantu dokter mengidentifikasi kemungkinan penyebab-penyebab dari kanker tulang.
2.   Pemeriksaan fisik, dapat membantu menemukan penyebab dari gejala-gejala kanker tulang. Termasuk menguji kekuatan otot manusia, perasaan terhadap sentuhan, dan refleks-refleks. Tes-tes darah dapat membantu mengidentifikasi suatu kanker.
3.   Rontgen tulang kerangka tubuh yang terkena
Pemeriksaan radiografik dan radioisotop untuk tulang harus dilakukan pada tumor-tumor ganas yang mempunyai kecenderungan tinggi bermetastasis ke tulang-tulang seperti : karsinoma payudara, paru, prostat, ginjal serta kelenjar tiroid, semua stadia dengan atau tanpa keluhan nyeri di tulang. Dianjurkan pula pada tumor-tumor serta ditemukan nyeri ketok.
Penampakan dari suatu tumor pada x-ray dapat membantu menentukan tipe kanker dan apakah jinak atau ganas. Tumor-tumor jinak lebih mempunyai suatu tepi (batasan) yang halus dimana tumor-tumor ganas mempunyai suatu tepi yang compang-camping. Ini karena tumor-tumor jinak secara khas tumbuh lebih perlahan dan tulang mempunyai waktu untuk mengelilingi tumor dengan tulang normal. Tumor-tumor ganas tumbuh lebih cepat, tidak memberikan tulang yang normal suatu kesempatan untuk mengelilingi tumor.
4.   CT (Computerized Tomography)-Scan tulang / dada yang terkena
CT-Scan biasanya diperlukan juga untuk mengecek lokasi kanker dan kemungkinan penyebarannya ke paru-paru. CT-Scan dapat memberikan suatu gambar potongan melintang dari tulang-tulang manusia. Tes ini memberikan detil yang sangat bagus dari tulang-tulang manusia dan lebih mampu untuk mengidentifikasi kemungkinan suatu tumor, juga memberikan informasi tambahan pada ukuran dan lokasi dari tumor.
5.   Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk melihat asal tumor dan ekstensinya, dan survei pembuluh darah. Baru setelah itu, dilakukan tindakan operasi. MRI dapat juga menyediakan gambar potongan melintang dari tubuh manusia. MRI menyediakan detil yang lebih baik dari jaringan-jaringan lunak termasuk otot-otot, tendon-tendon, ligamen-ligamen, syaraf-syaraf, dan pembuluh-pembuluh darah daripada suatu CT scan. Tes ini dapat memberikan detil yang lebih baik tumor tulang sudah atau belum pecah melalui tulang dan melibatkan jaringan-jaringan lunak yang mengelilinginya.
6.   Pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)
Peningkatan serum alkalin fosfatase (ALP), anemia normositik, leukositosis, kalsium serum meningkat dan peningkatan laju endap darah (ESD/LED).
7.   Biopsi tumor
Mengambil contoh kecil dari tumor yang dapat diuji di laboratorium untuk menentukan jenis tumornya. Biopsi dapat diperoleh melalui suatu jarum kecil (needle biopsy) atau melaui suatu sayatan kecil (incisional biopsy).
8.   Scanning keseluruhan tulang untuk melihat penyebaran kanker-nya.
Suatu scan tulang adalah suatu tes yang mengidentifikasi area-area dari tulang yang tumbuh atau berubah bentuk secara cepat. Scan tulang seringkali diambil dari seluruh tubuh. Tes ini untuk melihat area-area lain mana saja yang  terlibat diseluruh tubuh.
Ketepatan diagnosis sangat perlu karena penanganan setiap kanker tulang akan sangat berlainan.

  1. Managemen / Penatalaksanaan
Ada banyak metode-metode yang berbeda untuk merawat kanker tulang. Perawatan terbaik didasarkan pada tipe dari kanker tulang, lokasi kanker, berapa agresifnya kanker, dan apakah sudah atau belum kanker menyerang jaringan-jaringan yang mengelilinginya atau yang berjauhan (metastasized).
Ada tiga tipe-tipe utama dari perawatan untuk kanker tulang (dapat digunakan secara sendiri-sendiri atau digabungkan dengan sesamanya):
1.      Kemoterapi
Chemotherapy digunakan untuk menghancurkan sel secara selektif. Kemoterapi adalah penggunaan dari beragam obat-obat, Nitrogen mustards adalah obat yang pertama digunakan. Kemoterapi dapat digunakan sebelum operasi untuk menyusutkan tumor tulang untuk membuat operasi lebih mudah. Dapat juga digunakan setelah operasi untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa yang ditinggalkan setelah operasi. Kemoterapi ini lumayan manjur untuk membunuh sel tumor yang sudah mulai menyebar.
Pengobatan kemoterapi (Cyclophosphamide (sitoksan), Vinkristin, Daktinomisin, Doksorubisin (adriamisin), Ifosfamid, Etoposid, Metotreksat dosis tinggi dengan leukovorin, Cisplatin, Bleomycin).
Keuntungan kemoterapi dapat diberikan secara intravena dan dapat menyebar sehingga sel kanker jadi hancur. Resiko kemoterapi yang menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk membunuh sel-sel kanker. Sayangnya, beberapa sel-sel normal juga terbunuh dalam prosesnya. Obat-obat dirancang untuk membunuh sel-sel yang membelah atau tumbuh secara cepat. Sel-sel normal yang terpengaruh seringkali termasuk rambut, sel-sel pembentuk darah, dan sel-sel pelapis sistem pencernaan. Efek-efek sampingan termasuk depresi sumsum tulang, lesi saluran pencernaan, mual dan muntah, kehilangan rambut, infeksi, resistensi dan kelelahan. Untungnya, efek-efek sampingan ini biasanya hilang setelah kemoterapi selesai. Nutrisi yang baik adalah penting untuk tubuh manusia untuk melawan kanker. Pasien mungkin dirujuk pada ahli nutrisi untuk membantu dengan ini, terutama jika pasien mengalami mual dan kehilangan nafsu makan.

2.      Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan x-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides) berkekuatan tinggi yang ditujukan pada tempat dari kanker untuk membunuh sel-sel kanker. Tindakan radioterapi merupakan pengobatan local yang sangat efektif untuk menghilangkan rasa nyeri. Dari sejumlah penderita tumor ganas dengan metastasis pada tulang yang mendapat radiasi pada lesi di tulangnya, 90% dari penderita tersebut, menunjukkan perbaikan subyektif yang bermakna yaitu berupa hilangnya perasaan nyeri.
Hanya 4% dari daerah metastasis tulang yang mendapat radiasi tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan subyektif. Nyeri menghilang 1 sampai 2 minggu pasca radiasi dan rata-rata berlangsung sampai 13 bulan (3 bulan sampai 5 tahun). Radioterapi merupakan alternative lain bila operasi tidak mungkin dilaksanakan, baik oleh karena lokalisasi yang tak memungkinkan ataupun karena kontraindikasi medik. Sulit untuk melakukan tindakan segera pada ancaman fraktur tulang belakang, dalam hal ini radioterapi cito merupakan indikasi yang kuat sehingga keadaan lebih lanjut akibat lesi-lintang bisa dihindarkan.
Perawatan ini diberikan dalam dosis-dosis kecil setiap hari melalui suatu periode waktu dari berhari-hari sampai berbulan-bulan. Sekarang banyak diberikan dalam bentuk dosis tunggal. Keuntungan radiasi dosis tunggal pada kasus ini adalah bahwa penderita hanya memerlukan satu kali pulang pergi dari rumah ke rumah sakit dengan hasil yang memuaskan.
Pengobatan Mieloma Multipel, yaitu meliputi kemoterapi, terapi penyinaran dan pembedahan. Kondrosarkoma harus diangkat seluruhnya melalui pembedahan karena tidak bereaksi terhadap kemoterapi maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai atau lengan jarang dilakukan. Jika tumor diangkat seluruhnya, 75% penderita akan mampu bertahan hidup.
Efek-efek sampingan utama dari terapi radiasi termasuk kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan kerusakan pada kulit dan jaringan-jaringan lunak sekelilingnya. Terapi radiasi sebelumnya dapat juga meningkatkan risiko persoalan-persoalan luka dari operasi pada area yang sama.

3.      Operasi
Operasi seringkali digunakan untuk merawat kanker tulang. Tujuan dari operasi adalah untuk mengangkat seluruh tumor dan area yang mengelilinginya dari tulang yang normal. Setelah tumor diangkat, seorang ahli patologi mengujinya untuk menentukan apakah ada tulang normal yang sepenuhnya mengelilingi tumor. Jika suatu bagian dari kanker ditinggalkan, ia dapat berlanjut tumbuh dan menyebar, memerlukan perawatan lebih jauh.
Dahulu, amputasi-amputasi seringkali digunakan untuk mengangkat kanker tulang. Teknik-teknik lebih baru telah mengurangi amputasi. Fraktur patologis yang terjadi dalam 10-15% kasus, merupakan pertimbangan utama dalam penatalaksanaan.
Adanya fraktur yang patologis atau paraplegia jelas tidak menguntungkan penderita. Seandainya fraktur telah terjadi maka kita harus memilih antara tindakan konservatif dan pembedahan dengan segala untung ruginya. Pada fraktur patologik dari femur, tindakan konservatif akan memberikan konsekuensi yang lebih banyak. Penderita akan memerlukan istirahat di tempat tidur yang lebih lama, berarti pula memerlukan perawatan ekstra yang biasanya hanya bias dilakukan di rumah sakit, dengan demikian pasien tidak bisa melewatkan sisa waktunya yang amat berharga di rumah dan di antara keluarganya. Selain perasaan nyeri yang timbul oleh karena kedudukan frakturnya juga sering didapatkan komplikasi-komplikasi seperti dekubitus, infeksi-infeksi saluran nafas bagian bawah dan saluran kemih. Bila lokasi kanker tidak bisa diselamatkan, tindakan amputasi atau pemotongan anggota tubuh pun tak bisa dihindari. Pada banyak kasus-kasus, tumor dapat diangkat dengan suatu lingkar (rim) dari tulang yang normal tanpa keperluan untuk suatu amputasi. Tergantung pada jumlah tulang yang diangkat, ahli bedah akan menggantikan sesuatu pada lokasinya (dengan memasang pen pada tulang).
Untuk area-area yang lebih kecil, diberi semen tulang (bone cement) atau suatu cangkok tulang (bone graft) dari tempat lain ditubuh manusia atau dari bank tulang. Untuk area-area yang lebih besar, ahli bedah mungkin menempatkan cangkok-cangkok yang lebih besar dari bank tulang atau metal implants. Beberapa metal implants mempunyai kemampuan untuk memanjang ketika digunakan pada anak-anak yang sedang tumbuh.
Tindakan operatif, tidak hanya mengurangi nyeri tetapi perawatan penderita juga akan lebih mudah. Penderita akan lebih mobil sehingga komplikasi-komplikasi di atas akan bisa dihindarkan. Lamanya perawatan di rumah sakit bisa dikurangi, suatu keuntungan baik dari segi sosial maupun ekonomi penderita.
Salah satu syarat yang penting untuk melakukan tindakan operasi pada kasus-kasus ini, selain syarat umum untuk me- lakukan operasi, adalah bahwa sisa umur penderita diperkirakan tidak akan kurang dari 6 minggu akibat proses penyakitnya.
Atau juga menggunakan metode teknik baru limb salvage, dimana tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas kaki pasien lain yang baru saja meninggal dunia. Risiko-risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi, kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan-jaringan yang mengelilinginya. Dalam rangka untuk mengangkat seluruh kanker dan mengurangi risiko kekambuhan, beberapa jaringan normal yang mengelilinginya harus juga diangkat. Tergantung pada lokasi dari kanker, ini mungkin memerlukan pengangkatan dari porsi-porsi dari tulang, otot, syaraf-syaraf, atau pembuluh-pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan kelemahan, kehilangan sensasi, dan risiko dari patah tulang atau patah tulang dari tulang yang tersisa. Pasien dapat dirujuk pada seorang ahli rehabilitasi untuk terapi fisik dan pekerjaan setelah operasi untuk mencoba memperbaiki kekuatan dan fungsi pasien.

Tipe-tipe perawatan lain untuk kanker tulang :
1.      Penanggulangan Nyeri.
Nyeri merupakan salah satu keadaan yang paling dirasakan penderita. Maka selama tindakan konservatif dan pembedahan belum memberikan hasil, diperlukan medikamentosa untuk mengatasi perasaan nyeri ini Biasanya diberikan preparat yang paling sederhana terlebih dahulu seperti asetosal 4 - 6 dd. 250 - 500 mg, parasetamol 4 -- 6 dd. 500 mg. atau codein 4 -- 6 dd. 10 -- 30 mg. Apabila obat-obatan tersebut atau kombinasinya tidak memberikan hasil yang memuaskan, bisa ditingkatkan pada golongan morfin dengan segala.
Untuk mengatasi perasaan nyeri tersebut. maka diperlukan psikofarmaka seperti diazepam, amitriptilin dsb. Tindakan yang lebih radikal dilakukan apabila dengan pemberian analgetika serta semua tindakan operasi atau radioterapi nyeri tetap tidak teratasi. Salah satunya adalah dengan pemberian "neurolytic agent", yaitu larutan fenol 5% dalam gliserin, yang disuntikkan dalam sistem aferent saraf akan memberikan anestesi lokal pada daerah bersangkutan.
Metoda lain yang termasuk tindakan bedah syaraf adalah yang dinamakan khordotomi (chordotomy). Cara ini bisa dilakukan perkutan dan di bawah sinar tembus (fluoroskopi) untuk mengontrol ketepatan jarum kemudian dilakukan elektrokoagulasi traktus spimothalamikus pada foramen intervertebrale cervicalis

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian dasar data Pasien
1.      Biodata
2.      Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Jika klien mengalami manifestasi klinis tumor benigna, nyeri adalah keluhan yang umum. Nyeri dapat mempunyai rentang dari ringan sampai moderat, seperti yang terlihat pada kondroma, atau nyeri tak terputus yang kuat pada osteoma osteoid. Nyeri dapat disebabkan oleh invasi tumor langsung pada jaringan lunak, menekan saraf perifer, atau disebakan karena fraktur patologik.
Sebagai tambahan untuk mengumpulkan informsi yang berhubungan dengan sifat nyeri klien, perawat mengobservasi dan mempalpasi area yang diduga terkena. Bila tumor menyerang ekstremitas bawah atau tulang-tulang kecil pada tangan dan kaki, pembengkakan lokal dapat dideteksi sebagai pembesaran neoplasma. Pada beberapa kasus, atropi otot atau spasmus otot dapat terjadi. Perawat mempalpasi tulang dan otot untuk mendeteksi perubahan dan mengurangi nyeri.
Untuk tumor tulang ganas, data dikumpulkan serupa dengan riwayat pada tumor tulang benigna. Sebagai tambahan perawat menanyakan apakah dia mempunyai riwayat terapi radasi untuk pengobartan kanker.
Manifestasi yang tampak pada klien dengan tumor maligna atau penyakit metastatik bervariasi tergantung tipe lesi spesifik. Kebanyakan klien mengeluhkan sekumpulan maslah nonspesifik, termasuk nyeri, pembengkakan lokal, massa yang dapat dipalpasi dan lunak. Ketidakmampuan yang nnyata dapat terlihat pada penyakit metastatik tulang.
Pada klien dengan sarkoma Ewing, demam ringan dapat terjadi karena tampilan sistemik neoplasmanya. Karena alasan inilah sarkoma Ewing sering dibingungkan dengan dengan osteomyelitis. Kelemahan dan pucat tampak karena anemia juga sering terjadi.
Dalam melakukan pengkajian muskuloskeletal, perawat menginspeksi area yang terkena dan mempalpasi ukuran massa dan karakteristiknya. Perawat juga perlu menentukan kemampuan untuk melakukan mobilitas dan aktivitas sehari-hari. Derajat ketidakmampuan dapat ditentukan dengan membandingkan pengukuran selanjutnuya setelah intervensi medis dan keperawatan.

3.      Pengkajian Psikososial.
Seringkali klien dengan tumor maligna adalah dewasa muda yang produktif secara sosial. Klien membutuhkan sistem dukungan untuk membantunya mengatasi kondisi ini. Keluarga, orang-orang terdekat, serta profesi kesehatan merupakan komponen utama dalam sistem dukungan.
Klien seringkali mengalami kehilangan kontrol selama kehidupannya ketika diagnosis keganasan ditentukan. Sebagai akibatnya mereka menjadi cemas dan takut akan hasil penyakit mereka. Koping terhadapnya meupakan tantangan berat. Klien mengalami proses berduka, awalnya mereka menolak. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan dan mengkaji tingkat proses berduka yang dialami klien. Perawat juga mengidentifikasi perilaku maladaptif, yang mengindikasikan mekanisme koping inefektif.

4.      Pemeriksaan diagnostik.
Radiografi rutin dan tomografi konvensional sangat bermanfaat dalam melokalisasi dan memvisualisasi neoplasma. Tumor benigna dikarakterisasi oleh: batas jelas, korteks intak, dan tulang yang halus, dengan periosteal tulang yang seragam. Computerized Tomografi (CT) kurang berguna, kecuali dalam area anatomik yang kompleks seperti pada kolumna vertebralis dan sakrum. Uji ini sangat membantu dalam mengevaluasi penyebaran ke jaringan lunak.
Ketika diagnosis tumor benigna meragukan, Biopsi jarum/biopsi terbuka perlu dilakukan. Metoda pembedahan terbuka dilakukan untuk mendapatkan jumlah jaringan yang mencukupi. Biopsi tulang dapat dilakuan untuk menentukan tipe tumor tulang. Biopsi jarum bisanya dilakukan ketika diduga ada metasatis. Metoda terbuka melalu insisi bedah lebih disukai pada lesi perimer. Ahli bedah berusaha untuk membuat inisi sekecil mungkin. Carut biopsi dibuang selama pembedahan kanker tulang untuk mengeliminasi sebaran tunas kanker. Setelah biopsy, kanker dikelompokkan berdasarkan derajat tumor. Metoda yang populer adalah sistem TNM, yang digunaakn untuk menentukan ukuran tumor, keterlibatan nodus, dan adanya metastasis.
Pindai tulang tidak spesifik dalam membedakan tumor tulang benigna dan maligna, tapi memungkinkan visualsisasi yang lebih baik pada penyebarn lesi dibandingkan dengan kebanyakan pemeriksaan radiografik. Pindai hampir selau dilakukan bila diduga ada metastatis. MRI mungkin membantu dalam melihat masalah pada kolumna spinalis.
Pada tumor maligna semua prosedur diatas juga dapat digunakan. Meskipun setiap tipe tumor mempunyai karakteristik pola radigrafik, temuan tertentu tampak serupa pada semua tumor maligna. Tumor maligna pada umumnya mempunyai tampilan berbatas tidak jelas, perusakan tulang, periosteal irregular pada tulang baru dan penembusan kortikal.
Lesi metastatik mungkin meningkat atau menurunkan densitas tulang, tergantung pada jumlah aktivitas osteoblastik. CT juga berguna dalam menentukan perluasan kerusakan jaringan lunak.
Pengkajian laboratotik. Klien dengan tumor maligna umumnya menunjukkan peningkatan serum alkalin fosfatase (ALP), mengindikasikan tubuh sedang berusaha untuk membentuk tulang baru dengan meningkatkan aktivitas osteoblastik. Klien dengan sarkoma Ewing atau lesi tulang metastatik sering menampakkan anemia normositik. Sebagai tambahan lekositosis umum pada sarkoma Ewing.
Pada beberapa klien dengan metastatis tulang dari payudara, ginjal dan paru, kadar kalsium serum meningkat. Destruksi tulang massif menstimulasi peleapsan mineral ke aliran darah.
Klien dengan sarkoma Ewing dan metastasis tulang sering mengalami peningkatan laju edap darah (ESD/LED), mungkin berkontribusi ada inflamsi jairngan sekunder.

B.  Diagnosa Keperawatan
    1. Nyeri (akut/kronik) berhubungan dengan invasi tumor.
    2. Berduka antisipatorik berhubungan dengan perubahan citra diri atau kemungkinan kematian.
    3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
    4. Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang sekunder terhadap tumor tulang.
    5. Kecemasan berhubungan kehilangan kontrol dan kebutuhan sistem dukungan.
    6. Hipertermia berhubungan dengan vaskularisasi meningkat.
    7. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
    8. Gangguan integritas kulit, hiperpigmentasi berhubungan dengan vaskularisasi meningkat, imobilisasi.
    9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
    10. Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan imobilisasi.
    11. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan nafsu makan berkurang.
    12. Gangguan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan prsoses metabolik sekunder terhadap kanker.
    13. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh, atau perubahan kinerja peran.
    14. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan tidak bisa menerima dignosis medis
    15. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan tidak bisa menerima diagnosa medis.

C.  Perencanaan
Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai proses penyakit dan program terapi, pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologik, pola penyelesaian masalah yang efektif, peningktan harga-diri dan peniadan komplikasi.
Asuhan keperawatan pasien yang menjalani tulang pada beberapa hal sama dengn pasien lain yang menjalani pembedahan skeletal. Tanda vital dipantau, kehilangan darah dikaji, dilakukan observasi untuk mengkaji timbulnya trombosis vena profunda, emboli paru, infeksi, kontraktur, dan atropi disuse. Bagian yang dioperasi harus ditinggikan untuk mengontrol pembengkakan, status neurovaskuler harus dikaji. Biasanya derah tersbut diimobilisasi dengan bidai, gips atau pembelut elastis sampai sembuh.



1.      Nyeri
Perencanaan:
Tujuan : Klien akan mengalami pengurangan nyeri b.d lesi tulang
Intervensi :
a.    Karena nyeri sering diakibatkan karena invasi langsung dari tumor, maka tindakannya adalah dengan mengurangi ukuran atau membuang tumor.
b.   Kombinasi tindakan bedah dan nonbedah digunakan untuk meningkatkan rasa nyaman klien dan mengeliminasi komplikasi dari kanker tulang.
c.    Penatalaksanaan Nonbedah. Sebagai tambahan selain pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri lokal, agen kemoterapi dan radioterapi diberikan dalam usaha untuk mengecilkan tumor. Pada klien dengan metastatik vertebral, pembelatan dan imobilisasi dengan traksi servikal akan membantu mengurangi nyeri pungung.
-          Terapi Medikasi. Dokter mungkin memberikan kemoterapi tunggal atau kombinasi dengan radiasi atau pembedahan. Tumor proliferatif seperti sarkoma Ewing sensitif pada agen sitotoksik. Sementara tumor lainnya seperti kondrosarkoma seringkali kebal-obat. Kelihatannya kemoterapi memberikan hasil terbaik pada lesi metastasik kecil dan mungkin diberikan sebelum atau sesudah pembedahan.
Pada kebanayakan tumor, dokter memberikan agen kombinasi. Saat ini tidak ada protocol yang diteima secara universal mengenai agen kemoetrapi. Obat terpilih ditentukansebagian oleh sumber kanker primer. Misalnya bila metastasis terjadi karena kanker payudara, maka estrogen dan progesterone umum diberikan. Kanker tiroid metastasik sensitive trehadap doksorubisin (adriamisin). Perhatikan efek samping dan efek toksik masing-masing obat serta awasi hasi tes laboraterium dengan cermat.

-          Terapi Radiasi. Radiasi digunakan pada tumor-tumor maligna tertentu. Pada klien dengan sarkoma Ewing dan osteosarkoma dini, radiasi mungkin merupakan terapi pilihan untuk mengecilkan ukuran tumor dan tentunya juga rasa nyeri. Pada klien dengan tumor metastatik, radiasi diberikan terutama sebagai terapi paliatif. Terapi diarahkan lokasi yang nyeri dan diusahakan untuk memberikan rentang waktu yang nyaman bagi klien. Dengan perencanaan yang tepat terapi radiasi dapat digunakan dengan komplikasi yang minimal.
d.   Penatalaksanaan Bedah. Tindakan bagi tumor tulang primer adalah pembedahan, sering dikombinasikan dengan radiasi maupun kemoterapi.

2.      Berduka Antisipatorik
Perencanaan:
Tujuan : Klien akan melalui proses berduka dengan baik & menerima prognosisnya.
Intervensi : Peran perawat yang paling penting adalah menjadi pendengar aktif dan memungkinkan klien dan keluargnya untuk menyatakan perasaan mereka. Perawat juga bertindak sebagai advokat bagi klien dan keluarga serta meningkatkan hubungan klien-dokter. Atau dengan kata lain, klien mungkin tidak sepenuhnya mengerti dengan rencana tindakan medis/pembedahan tapi malu untuk bertanya.
Intervensi keperawatannya :
Memfasilitasi komunikasi, karena hal tersebut penting bagi keberhasilan penatalaksanaan klien dengan kanker.




3.      Gangguan Citra Diri
Perencanaan:
Tujuan : Klien. Setelah diberikan intervensi keperawatan klien akan mengalami perbaikan perasaan mengenai citra dirinya dan menerima perubahan fisik yang terjadi.
Intervensi. Persepsi klien mengenai citra dirinya sangat erat kaitannya dengan kemampuan klien untuk menerima penyakitnya. Perawat perlu mengenali dan menerima pmanusiangan klien mengenai citra diri dan perubahannya. Hubungan saling percaya akan memfasilitasi klien untuk bebas menyatakan perasaan negatifnya. Tunjukkan kekuatan dan kemampuan klien yang masih dapat dipertahankan. Tujuan yang realistis dalam menjalani kehiduan juga perlu ditegakkan bersama.

4.      Risiko Cedera
Perencanaan:
Tujuan : Klien. Setelah diberikan intervensi keperawatan, klien dapat mencegah fraktur patologis dengan cara mencegah jatuh dan meminimalkan trauma.
Intervensi. Radiasi/pembedahan mungkin diperlukan untuk memperkuat atau menggantikan tulang yang terkena untuk mencegah fraktur.
1.      Penatalasakanaan Nonbedah.
Untuk memperbaiki tonus otot, dan tentunya juga mengurangi resiko fraktur, klien dilatih untuk melakukan latihan kekuatan. Terapi fisik berbasis ambulasi juga sering disarankan.
2.      Penatalaksanaan Bedah.
Prinsip pembedahan pada fraktur metaststik yaitu:
a. Mengganti sebanyak mungkin tulang yang terkena
b.  Berhati-hati dan menyeluruh untuk menghindari prosedur ulangan.
c.  Berusaha untuk mengambalikan status fungsional klien dengan hospitalisasi dan imobilisasi minimal.

5.      Kecemasan
Perencanaan:
Tujuan : Klien. Setelah diberikan tindakan keperawatan klien akan mengalami penurunan kecemasan.
Intervensi : Perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan klien dan faktor yang menyebabkannya. Kehilangan kontrol pada situsi klien dapat dikurangi dengan membolehkan klien untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Rasa takut dan ketidaktahuan juga berkontribusi pada kecemasan.






















BAB III
TINJAUAN KASUS

Nama pasien Nn. P, usia 21 tahun, pasien terserang penyakit kanker tulang. Tepat tahun lalu pasien menjalani operasi untuk menghilangkan kanker yang ada di tangan kanan pasien, yang berbentuk benjolan besar, berdiameter lebih dari 5 cm. Awalnya pasien dan keluarga tidak begitu mempedulikan benjolan ini, tetapi lama-kelamaan menjadi besar sekali.
Akhirnya melalui berbagai pemeriksaan pasien divonis menderita kanker tulang stadium lanjut, bahkan saat melakukan biopsi di RSPP Jakarta dokter memperkirakan 3 bulan lagi benjolan itu akan pecah dan menyebar keseluruh tubuh. Tidak ada gejala yang berarti hanya benjolan yang membesar, dan badan menjadi lebih lemas, itu pun pasien baru menyadari saat dokter yang memeriksa memberitahukan gejalanya. Selama ini pasien tidak mempermasalahkan tubuhnya yang cepat lemas, karena sebagai remaja seusia pasien, terbiasa untuk tidak banyak menyantap makanan, karena ingin kurus.
Tetapi memang sebelum dilakukan pemeriksaan hampir setiap sore pasien demam. Setelah itu tindakan yang dapat dilakukan di hanyalah memotong bagian benjol tadi dan menggantinya dengan tulang bagian lain dari tubuhnya, seperti kaki misalnya, itu berarti tubuh pasien mengalami cacat nantinya. Tetapi pasien memilih tindakan lain yaitu, mencangkok tulang. Sehingga pasien bisa terhindar dari cacat, tulang pasien yang terkena kanker dipotong, lalu diganti dengan tulang dari mayat dan ditempelkan pen untuk menyangganya.
Proses penyembuhannya relatif cepat, dan tidak ada larangan yang berarti, hanya tidak boleh mengangkat beban berat dengan tangan kanan, karena belum menyambung dengan tulang asli. Sekarang pasien hanya tinggal menjalani kemoterapi selama 6 kali dalam 6 bulan, Masa-masa kemoterapi tersebut menurut pasien lebih berat ketimbang masa operasi, karena pada saat ini emosi dan jiwanya menjadi sangat labil.
                                           


BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian tanggal 4 MaRET 2010 jam 09.00 WIB
Ruangan : Graha Amerta Kamar 408
Tgl MRS : 1 maRET 2010

 

Identitas

Nama               : Nn. P                                         
Umur               : 21 tahun
Jenis Kelamin  : Perempuan
Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia
Agama             : Islam
Pekerjaan         : Mahasiswa
Pendidikan      : Perguruan Tinggi
Alamat                        : Jl. Mayjen Sungkono No. 2 Surabaya

Alasan dirawat:
Kemoterapi untuk post opp osteosarkoma

Keluhan Utama sebelumnya   :
Nyeri sedang pada bagian post opp.
P          : Nyeri tanpa nyeri panas
Q         : timbul kadang-kadang, biasanya setelah melakukan aktivitas
R         : di tangan kanan bekas post opp
S          : nyeri sedang
T          : nyeri sekali : bila tangan dipakai unuk mengangkat benda yang agak berat.
              nyeri hilang saat dipakai istirahat

Upaya yang telah dilakukan   :
Minum obat anti nyeri (Antipiretik)
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
Operasi cangkok tulang

Riwayat Keperawatan

II.1 Riwayat Penyakit sebelumnya :
Pasien mempunyai penyakit osteosarkoma yang muncul sejak umur 19 tahun.
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri di ekstremitas kanan (tangan kanan yang dipasang pen dan cangkokan tulang), kulit di sekitarnya kemerahan, bengkak dan terasa hangat.
II.3 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Dari keluarga ayah ada yang menderita penyakit kanker tulang.
Genogram
 













Keterangan
 

                  = Laki – laki                                              = Pasien
 

                  =  Perempuan                                            = Tinggal dalam satu rumah
II.4 Riwayat Kesehatan lainnya :
Pasien tidak pernah menderita penyakit lain sebelumnya.

II.5 Aktivitas hidup sehari-hari
Aktivitas Sehari-Hari
Sebelum Sakit
Di Rumah Sakit
Makan dan minum





Eliminasi








Istirahat dan tidur



Aktivitas



Kebersihan diri







Rekreasi
Makan 3 kali sehari, nasi, sayur dan ikan, buah kadang-kadang.
Minum air putih, sehari 1500-2000 cc.

BAK lancar 3-5 kali sehari, warna kuning jernih, jumlah 1500-2000 cc / hari.


BAB setiap  hari konsistensi padat.

Tidak pernah tidur siang



Sebagai mahasiswa, jam 05.00 pagi mulai beraktivias.

Mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, mencuci rambut 2 kali seminggu, memotong kuku bila sudah panjang, tidak ada jadwal khusus, ganti baju setiap sore.

Bila ada waktu senggang menonton TV, main ke rumah tetangganya, tidak pernah ketempat rekreasi.
Tidak mau makan, habis seperempat porsi, dengan cara disuap oleh ibunya.



BAK dengan dengan bantuan.  BAK berwarna jernih, tidak ada distensi kantung kemih dan tidak ada keluhan sakit pinggang.
BAB dengan bantuan.


Tidak bisa tidur siang, tidur malam sering terbangun

Ditempat tidur



Mandi 2 kali sehari diseka ibunya, tidak gosok gigi






Sejak masuk RS pasien tidak pernah kemana-mana.

 

Pemeriksaan Fisik :

-          Keadaan umum :
KU lemah, pasien pucat.
-          Tanda Vital :
Suhu axilla 37ºC,   Nadi 80 x/menit,  Tensi 110/80 mmHg, RR 18x/menit.

Pengkajian Sistem :

IV.1 Sistem Pernafasan :
Hidung bersih, bentuk dada simetris, tidak ditemukan tarikan otot bantu pernafasan saat bernafas, suara nafas vesikuler.

IV.2 Sistem Cardiovaskuler :
Suara jantung S1 S2, perkusi nomal, CRT kembali dalam < 3 detik. Tensi : 110/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu 37,º C. Tangan kiri terpasang infus Kemoterapi 20 tetes permenit.

IV.3 Sistem Persyarafan :
-     Kesadaran Composmentis, GCS : E 4  V 5  M 6 dengan total nilai 15.
-     Kepala dan Wajah :
Mata : Konjungtiva pucat, Sklera : Warna putih terdapat gambaran tipis pembuluh darah.
Leher : tidak ditemukan pembesaran/bendungan vena jugularis.

-     Persepsi Sensori :
Pasien mampu mendengar suara berbisik, mampu membedakan rasa manis, asin dan pahit, penglihatan sampai tak terhingga, ambang rasa raba terhadap hangat, dingin dan raba masih mampu membedakan.

IV.4 Sistem Perkemihan :
Bak tanpa alat bantu  jumlah  ± 1500-2000 cc perhari, tidak ada keluhan.

IV.5 Sistem Pencernaan :
-          Mulut dan tenggorok :
tidak ditemukan stomatitis maupun aptea, tidak ada caries, tonsil/ovula warna merah muda tidak ada oedema.
-          Abdomen :
Tidak asites.
-          Rectum :
Bersih, tidak ditemukan haemorrhoid.
Sebelum sakit BAB tiap  hari konsistensi padat, selama dirawat di rumah sakit BAB tiap pagi dengan bantuan.

IV.6 Sistem Tulang Otot – Integumen
Kemampuan pergerakan sendi tangan terbatas, terutama ekstremitas atas sebelah kanan relatif jarang digerakkan dengan bebas karena nyeri, tangan kiri terpasang infus kemoterapi 20 tetes / menit menetes, CRT dan turgor kulit kembali dalam detik pertama. Akral hangat.

IV.7 Sistem Endokrin :
Pasien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya berjalan sebagaimana orang lainnya. Tidak mempunyai keluhan yang berkaitan dengan hormonal.

IV.8 Sosial / Interaksi :
Pasien mendapat dukungan aktif dari keluarga, reaksi saat interaksi kooperatif. Pasien mengatakan masih ingin menjadi seseorang yang produktif secara sosial. Pasien membutuhkan sistem dukungan untuk membantunya mengatasi kondisi ini.
Pasien sering mengalami kehilangan kontrol ketika diagnosis keganasan ditentukan. Pasien cemas dan takut akan hasil penyakinya. Koping terhadapnya meupakan tantangan berat. Pasien mengalami proses berduka, awalnya mereka menolak. Pasien tidak melakukan perilaku maladaptif, yang mengindikasikan mekanisme koping inefektif.
IV.9 Spiritual :
Pasien mengatakan bahwa sakit yang dialami adalah ujian dari sang pencipta, dan ia bersama keluarganya hanya berusaha dan Tuhan yang menyembuhkan. Selama sakit pasien tidak berhenti berdo’a untuk kesembuhannya.

Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
-   HB                      : 10 (11-12g/dl)
-   Leukosit              : 13 Ribu/ul (5,0-10,0 Ribu/ul)
-   Trombosit           : 203 Ribu/ul (150-400 Ribu/ul)
-   Kalium Serum     : 5,7  ( 3,8 – 5,5 )
-   Natrium              : 129 ( 136-144 )
-   Clorida               : 100 ( 97 – 113 )
-   Kreatinin Serum : 0,89 ( kurang 1,2 )
-   BUN                  : 11,7 ( 10 – 20 )
-   Bilirubin terikat : 0,08 ( kurang 0,05 )
-   SGOT                : 40 ( kurang 29 )
-   SGPT                 : 56,2
-   Albumin             : 2,82 ( 3,2 – 4,5 )
-   LED meningkat
-   serum alkalin fosfatase (ALP) meningkat
Terapi :
-       penatalaksanaan medis : adriamycin (doksorubisin) dosis tinggi 20 tetes / menit, parasetamol 4 -- 6 dd. 500 mg.
-       Diit : Tinggi Kalori Tinggi Protein (tidak ada pantangan).
-       Obat Post Op : Cefazolin 3 x 1 gram, ketorolac 3 x 30 mg, ranitidin 2 x 50 mg.

ANALISA DATA
Pengelompokan data
Kemungkinan penyebab
Masalah
S : Pasien mengatakan nyeri pada tangan kanan, bertambah hebat bila bergerak
O : Gelisah, kadang merintih, ekspresi wajah px yang lemah, daerah sekitar luka kemerahan
Luka post opp cangkok tulang
proses inflamasi (rubor, kalor, dolor, fungsiolaesa)

Nyeri
S : Pasien mengatakan sulit BAB, pasien idak nafsu makan.
O : Pasien tidak menghabiskan makanannya.

Intake Makanan berkurang
imobilisasi
Gangguan eliminasi alvi
Gangguan eliminasi alvi
S : Pasien mengatakan takut dengan penyakit yang diderita.
O : Pasien terlihat cemas dan ketakutan, minta informasi.
Diagnosa medis Kanker tulang
perubahan citra diri
kemungkinan kematian
Berduka antisipatorik
Berduka antisipatorik
S : Pasien mengatakan mual muntah.
O : Keadaan umum pasien lemah.
efek kemoterapi
Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh

Rumusan Diagnosa Keperawatan :
1.      Nyeri berhubungan dengan luka post opp cangkok tulang.
2.      Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan imobilisasi.
3.      Berduka antisipatorik berhubungan dengan perubahan citra diri atau kemungkinan kematian.
4.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Text Box: 371. Nyeri berhubu-ngan dengan luka post opp cangkok tulang.
- Pasien mengatakan keluhan nyeri berkurang atau hilang. (1-3 hari)
- Pasien rileks, mampu istirahat dengan tenang. (3 hari)

KH :
- Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan.
- Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.
Text Box: 38
Mandiri
a.  Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri).


b. Pantau tanda vital dan catat peninggian suhu.


c.  Selidiki laporan nyeri dada tiba-tiba/ tajam, disertai dengan dyspnea, takikardi dan ketakutan.
d. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya : musik, televisi).
e.  Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.

Kolaborasi
a.    Berikan obat sesuai indikasi :
-       Analgesik (narkotik/ non narkotik).

-       Antipiretik, contoh asetaminofen.



-       Lakukan kompres panas pada ekstremitas, sesuai indikasi.

a.  Derajat nyeri secara langsung b.d. luasnya kekurangan sirkulasi, proses inflamasi. Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
b. Peninggian frekuensi jantung dapat menunjukkan peningkatan nyeri/ terjadi respon terhadap demam dan proses inflamasi
c.  Tanda/ gejala ini menunjukkan adanya emboli paru sebagai akibat TVD.

d. Meningkatkan relaksasi klien.

e.  meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien




-     Mengurangi nyeri dan menurunkan ketegangan otot.
-     Menurunkan demam dan inflamasi. Resiko perdarahan mungkin meningkat oleh adanya penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi trombosit.
-     Penyebab vasodilatasi, yang meningkatkan sirkulasi, merilekskan otot.
2. Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan imobilisasi.

Tujuan : pasien bisa BAB dengan lancar
Mandiri
a.    Anjurkan pasien untuk ambulasi.
b.    Anjurkan pasien untuk makan banyak dan berserat.
c.    Minum air putih yang banyak.

a.    Meningkatkan metabolisme dalam tubuh.
b.    Makanan berserat akan membantu proses pencernaan.
c.    Air dapat membantu proses pencernaan, melunakkan feses
3. Berduka antisipatorik berhubungan dengan perubahan citra diri atau kemungkinan kematian.
Text Box: 39
Tujuan :
Pasien akan melalui proses berduka dengan baik dan menerima prognosisnya.


KH :
- Pasien tampak rileks
- Melaporkan berkurangnya ansietas.
- Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
Mandiri
a.  Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.

b. Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
c.  Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
d. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.

e.  Memfasilitasi komunikasi

a. memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
b. membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya.

c.  memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
d. dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita
e.  Hal tersebut penting bagi keberhasilan penatalaksanaan klien dengan kanker.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Text Box: 40
Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.

KH :
Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
a. Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.

b. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan.
c. Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien
d. Anjurkan pasien untuk minum jus apel.
a. membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.


b. membantu dalam pemecahan masalah


c. menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
d. untuk memperbarui sel-sel tubuh.



 


BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
Metastasis tumor ganas ke tulang selalu menimbulkan keluhan nyeri bagi penderita serta kadang-kadang mengakibatkan fungsi anggota gerak berkurang. Akibat dari hal tersebut di atas penderita memerlukan perawatan ekstra yang berarti akan membebani lingkungannya. Karena itu diagnosa dini adanya metastasis ke tulang diikuti dengan tindakan segera akan bisa mengurangi penderitaan si sakit.
Dari banyaknya penyakit kanker yang sering ditemukan pada anak, salah satunya kanker tulang atau istilah medisnya osteosarkoma. Kanker ini menempati urutan kedelapan setelah kanker otot lurik atau rabdomiosarkoma sebagai pembawa kematian pada anak.
Ada berbagai penyebab kanker tulang bisa terjadi
a.       Pertumbuhan sel tulang abnormal (displasia tulang).
b.      Dari kanker jaringan lain yang bermetastase ke tulang
c.       Kankernya berasal dari organ lain, lalu menyebar ke tulang. Misalnya kanker paru yang menyebar ke tulang.
d.      Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
e.       Pada orang-orang yang telah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi untuk penyakit lain.
f.       Keturunan
a.       Ada dugaan bahwa osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan.
g.      Belum diketahui penyebabnya.
Ada tiga macam kanker tulang menurut sifatnya, yaitu yang bersifat lunak, ganas, dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur jaringan akibat cedera atau penyakit).
Ada dua tipe dari kanker yang relatif umum yang berkembang di dalam tulang-tulang: lymphoma dan multiple myeloma. Lymphoma, suatu kanker yang timbul dari sel-sel sistim imun, biasanya mulai di simpul-simpul getah bening namun dapat mulai di tulang. Multiple myeloma mulai di tulang-tulang, namun biasanya tidak dipertimbangkan sebagai suatu tumor tulang karena merupakan suatu tumor dari sel-sel sumsum tulang dan bukan dari sel-sel tulang.


5.2. Saran
Sebagai perawat agar mengaplikasikan ilmu ini atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita kanker tulang dengan baik dan benar








DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://irmansomantri.blogspot.com/
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8. Vol. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
www_portalkalbe_files_cdk_files_08PenyebaranTumorGanasdiTulang023.pdf_08PenyebaranTumorGanasdiTulang023

0 komentar:

Posting Komentar