jumlah pengunjung blog

jumlah pengunjung blog

google translet

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Laman

Jumat, 11 Maret 2011

GANGGUAN KOGNITIF

Diposting oleh Amel_Lia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Asuhan keperawatan pada gangguan mental organic dapat menjemukan, mengecewakan karena tidak tampak perubahan dengan segera. Akibatnya, pelayanan yang diberikan monoton, rutin, bersifat umum dan jauh dari pendekatan komprehensif yang memandang setiap klien unik berdasarkan aspek biopsiko-sosial budaya-spiritual.
Kesadaran perawat tentang gangguan mental organik, baik proses terjadi, factor penyebab, keterbatasan, tingkat kemampuan klien dan asuhan keperawatan yang spesifik akan memotivasi perawat melakukan praktek keperawatan yang berkualitas.
Keadaan klinis yang bervariasi menuntut pengetahuan dan keterampilan perawat dalam menangani berbagai masalah keperawatan yang berhubungan dengan gangguan mental organik. Gangguan kognitif dialami oleh klien dengan demensia. Uraian dalam makalah akan membahas delirium dan demensia dengan pendekatan proses keperawatan. Aplikasi proses keperawatan disertakan pada bagian akhir, sebagai bahan siap pakai dilapangan praktek keperawatan. Modifikasi perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan dan situasi klien.                 
      
1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang askep kognitif.
1.2.2        Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa.
1.3  Manfaat
1.3.1        Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dan kognitif.
1.3.2        Bagi Pendidikan
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang tinjauan kepustakaan tentang kognitif.   
1.3.3        Bagi Pembaca
Menambah referensi sumber bacaan singkat tentang kognitif.

BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1      Kasus (Masalah Utama)
Gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai oleh daya ingat terganggu, disonentasi, inkoheren dan sukar bepikir logis.
 
2.2      Proses Terjadinya Masalah
2.2.1        Definisi
Gangguan kognitif merupakan gangguan kemampuan berpikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart dan Sundeen, 1982).
Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah :
1.      Delirium
Adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan Kesadaran, berkabut yang dimanifestasikan oleh lama konsentrasi yang rendah, persepsi yang salah, gangguan piker (Stuart dan Sundeen, 1987).     
2.      Demensia
Adalah gangguan kognitif yang ditandai oleh hilangnya fungsi intelektual yang berat.
2.2.2        Tanda dan Gejala
a.       Delirium
-       Fluktuasi tingkat kesadaran
-       Dis orientasi proses pikir
-       Kerusakan penilaian dan pengambilan keputusan
-       Ilusi
-       Halusinasi penglihatan
-       Afek labil
-       Gelisah
-       Agitasi
b.      Demensia
-       Dis orientasi kehilangan daya ingat
-       Penurunan konsentrasi
-       Kerusakan penilaian dan pengambilan keputusan
-       Perilaku social yang tidak sesuai
-       Afek labil
-       Gelisah
-       Agitasi
-       Menolak perubahan
c.       Gangguan Kognitif
-       Daya ingat terganggu
-       Dis orientasi
-       Koheren
-       Sukar berpikir logis
2.2.3        Etiologi
a.       Faktor Predisposisi
Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf pusat (SSP). SSP memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah penyakit infeksi sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins dan Williams, 1984, hal 871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan jiwa fungsional.            
b.      Faktor Presipitasi  
Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa anemia Hipoksia, Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua Keadaan ini mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering mengganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun, virus dan virus menyerang otak mengakibatkan gangguan fungsi otak, misalnya sifilis. Perubahan struktur otak akibat trauma atau tumor juga mengubah fungsi otak. Stimulus yang kurang atau berlebihan dapat mengganggu fungsi kognitif. Misalnya ruang ICU dengan cahaya, bunyi yang konstan merangsang dapat mencetuskan disorientasi, delusi dan halusinasi, namun belum ada penelitian yang tepat.                 
2.2.4        Akibat
1.      Menurun kemampuan konsentrasi terhadap stimulus (misalnya, pertanyaan harus diulang).
2.      Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
3.      Minimal 2 dari yang berikut :
-       Menurunkan tingkat kesadaran.
-       Gangguan persepsi, Ilusi, halusinasi.
-       Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari.
-       Meningkat atau Menurun aktivitas psikomotor.
-       Disorientasi, tempat, waktu, orang.
-       Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama beberapa benda setelah lima menit.    
2.3      Pohon Masalah

 






2.3.1        Masalah Keperawatan
a.       Gangguan kognitif berhubungan dengan penurunan proses pikir.
Ds      : Klien sering lupa dengan ucapannya sendiri.
Do     : -     gelisah
-          daya ingat terganggu
-          sukar berpikir
-          disorientasi
b.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kognitif.
    Ds       : gaya bicara pasien tersendat-sendat
    Do      : -    penurunan konsentrasi
-         berpikir lambat
-         gaya bicara tersendat-sendat

2.4      Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan kognitif berhubungan dengan penurunan proses pikir.
2.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan  gangguan kognitif.

2.5      Rencana Tindakan Keperawatan
1.      Tujuan umum   : klien dapat mengenal/berorientasi pada realitas.
2.      Tujuan khusus  :  -     Klien dapat membina hubungan saling percaya
-       Klien dapat mendiskusiakn topik yang di ingat
-       Klien daapt mengidentifikasi tempat, waktu, dan orang
-       Klien daapt mengontrol pola pikir
-       Klien dapat memenfaatkan obat dengan baik

2.6      Tindakan Keperawatan
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
-       Beri salam atau panggil nama pasien.
-       Sebut nama perawat sambil berjabat tangan.
-       Jelaskan maksud hubungan interaksi.
-       Beri rasa nyaman dan sikap empati.
-       Lakuakn kontak singkat tapi sering.
2.      Klien dapat mendiskusikan topik yang ingat
Intervensi :
-          Membina hubungan saling percaya.
-          Memberi umpan balik yang positif.
-          Menentramkan hati kita.
-          Memberi kesempatan kita untuk mengulangi tindakan yang telah dilakukan.
-          Tidak memaksakan keinginan kita kepada klien.
3.      Klien dapat mengidentifikasikan waktu, tempat dan orang
Intervensi :
-          Membina hubungan saling percaya.
-          Orientasi fakta : siapa, dimana, apa yang terjadi.
-          Izinkan barang milik klien dibawa dan dipakai.
4.      klien mampu mengontrol pola pikir.
Intervensi :
-          Lakukan kontak singkat tapi sering dengan klien.
-          Observasi klien.
-          Bantu klien dalam mengendalikan pola pikir klien.
5.      klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Intervensi :
-          Diskusikan dengan klien dan anggota keluargatentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.
-          Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
-          Diskusikan akibat berhentinya obat tanpa konsultan.
-          Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 ( Lima ) Benar. ( Benar pakai, benar obat, benar dosis, benarcara, benar waktu ).



BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN PERTAMA

3.1  Proses Keperawatan
3.1.1        Kondisi klien
-          daya ingat terganggu
-          sukar berfikir
-          disorentasi
-          gelisah
3.1.2        Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan proses berfikir terhadap gangguan otak
2.      Kerusakan komunikasi verbal terhadap gangguan kognitif
3.1.3        Tujuan Khusus     
1.      Kita dapat mendiskusikan topik yang diingat.
3.1.4        Tindakan Keperawatan
1.      Bina hubungan saling percaya
2.      Bantu klien mengutarakan isi hatinya
3.2  Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
3.2.1        Orentasi :
a.       Salam terapeutik
“Selamat pagi, Pak …? Assalamu’alakum, kenalkan nama saya…. Saya mahasiswa dari STIKES PEMKAB JOMBANG, saya disini 1 minggu akan menemani Bapak untuk memecahkan masalah yang dihadapi bapak, Nama Bapak siapa? Alamatnya mana?
b.      Evaluasi/validasi
“ Pak, siapa yang mengantar Bapak kesini? Apa yang terjadi sampai Bapak kesini? Bagaimana kok sampai bisa begitu?

c.       Kontrak
Topik               : “Bagaimana kalau kita sekarang ngomong-ngomong                       tentang barang-barang kesayangan bapak?”
Waktu                         : “kira-kira lama? 20-30 menit?”
Tempat            : “kita ngomong-ngomong disini atau bapak punya                            pendapat lain?”
d.      Fase Kerja
1.      “Apakah Bapak masih ingat barang-barang kesayangan Bapak?”
2.      “Sebutkan barang-barang apa yang anda sayangi?”
3.      “Mendapatkan dari mana?”
4.      “Bagaimana perasaan Bapak saat mendapat barang itu?”
5.      “Kapan Bapak menerima barang itu?”
e.       Terminasi
1.      Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
-       Evaluasi klien subyektif, “Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang?”
-       Evaluasi perawat obyektaif: “Coba sebutkan barang-barang yang Bapak sayangi?”
2.      Tindak lanjut klien
“Untuk pertemuan selanjutnya harap mau menyampaikan barang kesayangan dan dari mana barang-barang tersebut”.
3.      Kontrak yang akan datang
-       Topik      :
“Percakapan kali ini sudah selesai, sesuai dengan perjanjian kita pada pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita membicarakan tentang pengembalian ingatan Bapak”.
-       Waktu    :
“Bagaimana kalau kita ngomong-ngomong selama 20-30 menit?”
-       Tempat   :
“Dimana tempat yang Bapak senangi? gimana kalau Disini?”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
                                                        HARI KEDUA

3.3  Proses Keperawatan
  1. Kondisi Klien
ü  Daya ingat terganggu
ü  Sukar berpikir
ü  Disorientasi
ü  Gelisah
  1. diagnosa
1.      Kerusakan komunikasi verbal b/d gangguan kognitif
2.      Gangguan kognitif b/d penurunan pola pikir
  1. Tujuan Khusus
2.   Klien dapat mengidentifikasi tempat, waktu dan orang
  1. Tindakan keperawatan
a         Bina hubungan saling percaya
b        Bantu klien mengutarakan isi hatinya

3.4  Strategi komunikasi dan Pelaksanaan
1.      Orientasi
a         Salam Teraupetik
“ Selamat pagi pak S’’ .
b        Evaluasi / validasi
“ Siapa yang mengantar bapak kesini ’’
c         Kontrak
Topik         :   Kemampuan mengingat barang – barang yang dimiliki
Waktu       : Bapak mau berapa lama? Bagaiman kalau 20 -30 menit                 saja
Tempat      : Kita ngomong – ngomongnya disini atau ditaman,  bagaimana bapak setuju ?
d        Fase kerja
1.“ Apakah bapak masih ingat barang – barang kesayangan bapak ?”
2. “ Sebutkan barang – barng apa yang bapak miliki?”
3. “ Mendapatkan dari mana ?”
4. “Bagaiman perasaan bapak saat mendapat barang itu ?”
5. “Kapan bapak menerima barang itu ?”
e         Terminasi
1.      Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
“Bagaiman perasaan Bapak setelah berbincang – bincang kemarin”
2.      Tindak lanjut klien
“Coba sebutkan barang – barang yang bapak sayangi”
3.      Kontrak yang akan datang
ü  Topik           :
“Percakapan kali ini sudah selesai, sesuai dengan perjanjian kita pada pertemuan kemarin, selanjutnya bagaimana kalau kita membicarakan tentang pengembalian ingatan Bapak”
ü  Waktu         :
“Bagaimana kalau kita ngomong – ngomong selama 20 – 30 menit”
ü  Tempat        :
Dimana tempat yang Bpak senangi? Bagaimana kalaun disini?”







STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
HARI KETIGA

3.5  Proses Keperawatan
1.      Kondisi Klien
ü  Daya ingat terganggu
ü  Sukar berpikir
ü  Disorientasi
ü  Gelisah
2.      Diagnosa
1.      Kerusakan komunikasi verbal b/d gangguan kognitif
2.      Gangguan kognitif b/d penurunan pola pikir
3.      Tujuan Khusus
3.    Klien dapat mengontrol pola pikir
4.    Klien dapat memanfaatkanobat dengan baik
4.      Tindakan keperawatan
a    Bina hubungan saling percaya
c         Bantu klien mengutarakan isi hatinya

3.6  Strategi komunikasi dan Pelaksanaan
1.      Orientasi
a         Salam Teraupetik
“ Selamat pagi pak S’’ .
b        Evaluasi / validasi
“ Siapa yang mengantar bapak kesini ’’
c         Kontrak
Topik         :   Kemampuan mengingat barang – barang yang dimiliki
Waktu       : Bapak mau berapa lama? Bagaiman kalau 20 -30 menit                 saja
Tempat      : Kita ngomong – ngomongnya disini atau ditaman,  bagaimana bapak setuju ?
d        Fase kerja
1.“ Apakah bapak sudah minum obat hari ini ?”
2. “ Berapa jumlah obat yang anda minum hari ini?”
3. “ Kapan bapak minum obat terakhir ?”
4. “Bagaimana perasaan bapak setelah minum obat ?”
e         Terminasi
1.      Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
“Bagaiman perasaan Bapak setelah berbincang – bincang kemarin”
2.      Tindak lanjut klien
“Coba sebutkan barang – barang yang bapak sayangi”
3.      Kontrak yang akan datang
ü  Topik           :
“Percakapan kali ini sudah selesai, sesuai dengan perjanjian kita pada pertemuan kemarin, selanjutnya bagaimana kalau kita membicarakan tentang pengembalian ingatan Bapak”
ü  Waktu         :
“Bagaimana kalau kita ngomong – ngomong selama 20 – 30 menit”
ü  Tempat        :
Dimana tempat yang Bpak senangi? Bagaimana kalaun disini?”








BAB IV
PENUTUP


4.1  Kesimpulan
Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.
Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien, hal utama yang dilakukan adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien.
Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting diketahui apa penyebab terjadinya. Sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang membahayakan keselamatan pasien.

4.2  Saran
Dari kesimpulan diatas, pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan kognitif seharusnya kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Asuhan yang kita berikan secara tuntas dengan tetap mengacu pada pengkajian bio-psiko-sosial dengan lebih mengutamakan etiologi dari terjadinya masalah.
2.      Pemberian obat/terapy seharusnya berdasarkan pada gejala yang terjadi, karena akan dipengaruhi oleh bagian otak yang terganggu dan harus tetap berkolaborasi dengan tim medis.
3.      Dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan peran serta dan keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA


Keuat, Budi Anna, 1995, GangguanKognitif. Jakarta. EGC

Stuart, Gail Wiscarz. Sundeen. J. Sandra. 1995. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

http://Asuhan Keperawatan gangguan Kognitif

 

0 komentar:

Posting Komentar